Rabu, 31 Januari 2024

MEMAHAMI: Konsep Takwa

MEMAHAMI: Konsep Takwa

Kehadiran Manusia di dunia adalah untuk ibadah. Dan, Manusia itu sendiri adalah salah satu makhluk ciptaan Allah paling istimewa. Sebab diberi bekal potensi, yang membedakan dibandingkan dengan makhluk lainnya. 

Untuk meraih kemuliaan itu tentu tidak semudah membalikkan tangan. 

Hal ini terbukti dalam firman Allah: 
 
وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا 
 
Artinya: Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan., Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. (QS: al-Isra’ ayat 70)

Dengan penjelasan tersebut di atas, sebetulnya memberikan sebuah pesan moral. Bahwa kemuliaan yang Allah berikan kepada umat Islam bisa kita dapat dengan baik selama kita mampu menghadirkan takwa.

Allah berfirman:

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ 
 
Artinya:Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal .(QS: Al-Hujurat ayat 13) 
 
Simpulnya, sebagaimana kita ketahui bahwa takwa berarti melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.

Semoga Bermanfaat..... 

In Frame
Duduk Sejenak, Memaknai Takwa

Sabtu, 27 Januari 2024

Harlah Ke-101 NU

Harlah Ke-101 NU

Harlah Ke-101 NU, mengusung Tema Memacu Kinerja Mengawal Kemenangan Indonesia. 

Tema tersebut resmi diusung untuk acara peringatan Hari Lahir (Harlah) Ke-101 NU tahun 2024. 

Makna tema ini adalah menekankan pentingnya memanfaatkan momentum peringatan Harlah Ke-101 untuk memacu kinerja organisasi Nahdlatul Ulama. 

Peringatan harlah ini juga dijadikan sebagai momen strategis untuk meningkatkan performa jam’iyah melalui konsolidasi, penguatan organisasi, dan jaringan. 

Semua langkah itu, diarahkan untuk menjadikan NU sebagai bagian yang kuat dalam upaya mengawal kemenangan Indonesia, yang ditandai dengan visi Indonesia Emas pada tahun 2045.

Artinya adalah meningkatkan performa melalui konsolidasi, penguatan organisasi, penguatan jaringan, untuk menjadi bagian upaya mengawal kemenangan Indonesia yang nantinya ditandai dengan Indonesia Emas tahun 2045.

Semoga Bermanfaat... 

In Frame
Memperingati Harlah ke-101 NU

Minggu, 21 Januari 2024

KEUTAMAAN: Menjadi Khalifatullah Fil Ard, Penebar Kasih Sayang

KEUTAMAAN: Menjadi Khalifatullah Fil Ard, Penebar Kasih Sayang

Al-Qur'an, sebagai petunjuk utama dalam kehidupan seorang Muslim, memberikan inspirasi besar untuk menjadikan diri sebagai khalifah Allah di muka bumi.

Penebar kasih sayang yang berperan dalam memakmurkan kehidupan dan menjaga keberkahan.

#Al-Qur'an sebagai Panduan

Mari kita mulai dengan merenungkan ayat Al-Qur'an yang menjadi sumber inspirasi kita. Surat Al-Baqarah ayat 30 menggambarkan Allah menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi, dengan amanah untuk menjaga keseimbangan dan mencegah kerusakan. 

Surat Al-Qasas ayat 77 menegaskan pentingnya mencari kebahagiaan akhirat tanpa melupakan nikmat dunia, serta perintah untuk berbuat baik dan menghindari kerusakan.

#Hadis tentang Khalifatullah

Hadis mengenai khalifatullah memberikan gambaran lebih lanjut. "Orang-orang yang penyayang akan disayangi oleh Allah," menggarisbawahi pentingnya kasih sayang dalam Islam. Anjuran untuk menyayangi yang ada di bumi merupakan panggilan untuk meraih kasih sayang dari Tuhan.

#Penebar Kasih Sayang adalah tugas dan Peran Pelajar Muslim

Pelajar Muslim, sebagai bagian dari umat yang menjalankan tugas sebagai khalifah, memiliki peran penting dalam memakmurkan bumi. 

Beberapa tugas dan peran tersebut melibatkan
(1) Menebar Kasih Sayang
- Peduli lingkungan dengan tindakan nyata seperti mengurangi penggunaan sampah plastik.

- Menanam dan merawat tanaman sebagai bentuk kepedulian terhadap alam.

(2)Berbuat Kebaikan dalam Kehidupan Sehari-hari
- Membangun hubungan yang baik dengan sesama, menghargai perbedaan, dan saling memperhatikan.

- Menghindari sikap serakah dan berusaha memberikan manfaat kepada orang lain.

(3)Pendidikan dan Pengetahuan
- Mengejar ilmu pengetahuan dengan sungguh-sungguh untuk memajukan kehidupan dan berkontribusi positif pada masyarakat.

- Membagikan pengetahuan kepada sesama untuk saling memberi manfaat.

Dengan memahami kandungan dari ayat-ayat Al-Qur'an dan hadis terkait khalifatullah memberikan pandangan mendalam tentang tugas dan tanggung jawab sebagai penebar kasih sayang. 

Allah menyerukan untuk mencari kebahagiaan akhirat, berbuat baik, dan menjaga bumi dari kerusakan.

Menjadi khalifatullah fil' Ard, penebar kasih sayang, merupakan panggilan untuk menjaga bumi ini dengan penuh tanggung jawab. Al-Qur'an dan hadis memberikan arahan yang jelas tentang peran kita dalam memakmurkan kehidupan dan berkontribusi pada kebaikan. 

Para pelajar Muslim, sebagai bagian dari umat Islam, memiliki tanggung jawab besar dalam mewujudkan konsep khalifatullah dalam tindakan nyata.

Dengan menebarkan kasih sayang, berbuat baik, dan menjaga lingkungan, mereka dapat menjadi agen perubahan yang membawa berkah bagi bumi dan seluruh umat manusia.

Semoga Bermanfaat... 

In FrameQ9
Pelajar Rahmatal lil alamin

INDAHNYA: Beragama Secara Moderat

INDAHNYA: Beragama Secara Moderat

Agama adalah nilai-nilai yang menjadi pedoman manusia untuk menggapai keselamatan. Agama merupakan inspirasi bagi pemeluknya agar senantiasa dapat menjalankan kehidupan yang layak sebagaimana yang diinginkan oleh Tuhan sang Pencipta alam semesta. 


Akal pikiran manusia yang merupakan anugerah untuk dapat menentukan pilihan, dengan agama sehingga manusia akan menuju kesempurnaan hidup, karena tanpa agama manusia akan senantiasa berpikir filosofi untuk menemukan kebenaran yang tiada henti.


Maka daripada itu, cara pandang seseorang dalam beragama haruslah senantiasa membawa misi keselamatan, sehingga seseorang dalam menjalankan ajaran atau nilai agama tidak bersifat kaku dan baku, atau dalam istilah lain dikenal dengan istilah radikal. 


Radikal sendiri sejatinya adalah pemikiran atau gerakan perubahan, karena suatu yang besar ketika harus dilakukan perubahan, hanya dapat dilakukan dengan cara yang besar pula. Sedangkan istilah radikal kerap kali digunakan untuk melakukan perubahan ekstrem dalam beragama, sehingga istilah radikal dalam beragama kerap kali dimaknai ekstrem.

Sikap radikal atau juga dikenal dengan istilah ekstrem dalam beragama adalah cara pandang seseorang yang cenderung kekiri atau kekanan, padahal agama adalah jalan yang lurus yang tidak berbelok kekanan ataupun kekiri. 

Maka dari situlah dimaknai sebuah pikiran atau sikap seseorang yang cenderung kekanan atau kekiri kerap kali disebut radikal atau ekstrem dalam beragama. Seperti halnya Nabi Muhammad senantiasa berpuasa pada hari-hari tertentu, misalnya hari senin dan kamis, artinya bahwa nabi Muhammad tidak berpuasa sepanjang waktu dan sepanjang hari.

Sehingga ketika kita sebagai umatnya lalu melakukan sikap yang berbeda yaitu melakukan puasa sepanjang hari, maka sikap kita akan cenderung pada sikap ekstrem. Mengapa demikian, karena jasad yang kita miliki memerlukan asupan untuk dapat menimbulkan energi.

Contoh lain, bahwa Nabi Muhammad senantiasa menikah, hingga beliau mengatakan barang siapa yang tidak menikah bukanlah umatku, artinya bahwa kehidupan manusia membutuhkan perilaku yang bertindak untuk memenuhi kebutuhan biologis tersebut. 


Sehingga jika seseorang yang tidak menikah berarti ia telah berupaya untuk mendzalimi diri sendiri, karena tidak menunaikan hak pada dirinya.


Nabi Muhammad juga senantiasa makan dan minum, tidur sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan tubuh kita, karena manusia membutuhkan asupan manakan dan waktu istirahat agar dapat melakukan banyak pekerjaan dan terutama beramal saleh dan beribadah ketapada Tuhan Yang Maha Esa.


Sikap moderat dalam beragama adalah bersikap yang lurus, yang tengah, karena analogi sebuah gelas yang berada di bagian tengah meja, akan senantiasa aman dan tidak mudah terjatuh. Sedangkan ketika kita meletakkannya di sebelah pinggir, mungkin akan tersenggol atau tersentuh hingga ia jatuh dan pecah. 


Begitulah gambaran sikap beragama, maka kemudian dikenal dengan moderasi beragama yang menunjukkan bahwa betapa pentingnya seseorang mengambil jalan tengan dalam beragama, berpikir dan bersikap secara moderat, yang berarti senantiasa menjaga keseimbangan dalam hidup.


Sikap keseimbangan dalam beragama ini berarti ia menjalankan agama dengan keseimbangan antara kebutahan duniawi dan ukhrawi, dunia adalah lahan ibadah dan akhirat adalah tujuan hidup. 


Keseimbangan dalam berakal dan berakhlak, berakal artinya menggunakan akal pikiran yang sehat, namun jika tidak dibarengi dengan akhlak yang mulia, maka akan sulit untuk menggapai ridha ilahi rabbi, dan begitulah misi hadirnya Nabi Muhammad saw, sebagai pembawa rahmat bagi seluruh alam dan sebagai penyempurna akhlak manusia. 


Sedangkan keseimbangan manusia dalam menghadapi segala konteks, termasuk majunya teknologi yang tidak terbendungkan, kita tidak mengabaikan sama sekali dan tidak menerima sama sekali, yaitu kita menggunakannya serta memanfaatkannya secara moderat sesuai dengan kebutuhan.

Semoga Bermanfaat.... 

In FrameQ8
Kebersamaan Hidup Beragama

ALAM SEMESTA: Sebagai Tanda Kekuasaan Allah SWT

ALAM SEMESTA: Sebagai Tanda Kekuasaan Allah SWT

Untuk Merenungi Tanda-Tanda kekuasaan dan kebesaran Allah Swt bisa melalui Isyarat Kauniyah, sebagaimana tersebutkan ayat di bawah ini:

“Sungguh, pada langit dan bumi benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang mukmin. Dan pada penciptaan dirimu dan pada makhluk bergerak yang bernyawa yang bertebaran (di bumi) terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) untuk kaum yang meyakini. Dan pada pergantian malam dan siang dan hujan yang diturunkan Allah dari langit lalu dengan (air hujan) itu dihidupkan-Nya bumi setelah mati (kering); dan pada perkisaran angin terdapat pula tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berakal.” (Q.S al-Jatsiyah/ 45: 3-5).

Dalam ribuan ayat yang tersebar di Al-Quran, ada ayat yang berisi syari’ah, ibadah, ada pula ayat yang berisi tanda-tanda alam (kauniyah). 

Ayat-ayat tentang penciptaan alam, manusia, serta makhluk hidup yang ada di seluruh persada bumi ini mengajarkan manusia untuk lebih sadar bahwa manusia adalah makhluk yang tidak banyak tahu bahkan hakikat dirinya sendiri yang banyak teka-teki.

Termasuk tiga ayat pembuka tulisan ini, memberikan isyarat yang begitu indah mengenai isyarat kauniyah.

Surah di atas dinamakan al-Jatsiyah (yang bertekuk lutut) sebagai satu-satunya kata yang disebutkan dalam surah ini, bahkan satu-satunya dalam al-Quran. 

Surah ini juga dinamakan ad-Dahr karena ada lafadz ad-Dahr pada salah satu ayatnya, sedang kata tersebut (ad-Dahr) tidak ditemukan pada surah-surah yang dimulai dengan lafadz ha mim. 

Tujuan utama surah al-Jatsiyah adalah tantangan terhadap mereka yang meragukan al-Quran, pembuktian tentang keesaan Allah, dahsyatnya kejadian hari kiamat, dan dibuka oleh tiga ayat di atas, sebagai nasihat sekaligus pengingat.

Pertama, penciptaan langit dan bumi disebutkan lebih dulu dari penciptaan makhluk (daabbah), karena hanya Allah saja yang Maha Mengetahui hakikat langit dan bumi, apa yang ada di dalamnya, apa yang tersembunyi, yang masuk, berkurang, tumbuh, intinya, dengan segala keterbatasan ilmu dan tenaga manusia, tidak ada satupun yang mampu menjelaskan secara detail unsur-unsur penting dan dua ciptaan Allah yang Maha Luar Biasa ini.

Kedua, pada ayat 4, Allah menyebutkan (sekaligus meminta kita berpikir) atas penciptaan diri kita sendiri; bagaimana sistem kerja tubuh bekerja sempurna atas izin dan kuasa Allah. Meski unsur kejadian manusia terambil dari bumi, tetapi manusia tidak hanya tercipta dari unsur itu. Ada sesuatu penting, yang tidak terdapat pada langit dan bumi, hanya Allah (pula) yang mengetahui hakikatnya. 

Apakah itu? Ia adalah ruh. Sesuatu yang juga dipertanyakan oleh orang-orang Yahudi Madinah pada Rasulullah, semntara Rasul hanya menjawab,“Ruh adalah urusan Allah. Dan tiadalah kamu diberikan ilmu (untuk mengetahuinya) kecuali sangat sedikit,”(Q.S al-Isra/ 85). 

Karenanya, karena keterbatasan manusia dalam mencapai unsur‘ruh’ini, Rasulullah enggan membahasnya lebih jauh karena pengetahuan manusia sangat sedikit untuk mencapainya. Demikian pula, jika unsur jasmani manusia mengalami kematian dan kehancuran, maka tidak demikian dengan ruh.

Jika kita amati rangkaian lafadz pada ayat 3-5 di atas, Allah terlebih dulu menyebut mu’minun (orang mukmin/ percaya). Kedua, Allah menyebut lafadz yuqinun (orang-orang yang yakin) yakni kepercayaan yang tidak lagi disertai keraguan. Ketiga, lafadz ya’qilun yakni secara harfiah berakal. Lafadz ketiga ini secara khusus memiliki arti penggunaan daya pikir serta kesadaran moral sehingga terpelihara dari kesesatan dan kedurhakaan pada Allah, Sang Pencipta Alam Semesta. Dengan demikian, tahap pertama masih seputar ‘iman’ yang seringkali batin masih mempertanyakan tanda-tanda yang terhampar di alam raya hingga lafadz akhir ayat 4 dan 5 keimanan makin mantap dengan penggunaan lafadz yuqinun (yakin) dan ya’qilun (berakal). Karenanya, tanda keimanan seseorang ialah ketika ia meyakini bahwa ayat-ayat (tanda) yang Allah ‘suguhkan’ di alam raya. 

Maka, dengan iman dan keyakinan itulah, manusia menggunakan daya pikir, ilmu, kemampuan intelektual untuk terus mencari tau jawaban-jawaban atas semua tanda yang Allah hamparkan.

Berbicara mengenai ayat kauniyah, apa sebenarnya makna kedua kata ini? Dalam Al-Mu`jam Al-Wasith kata ayat terkadang bermakna alamat yang berarti tanda, kadang bermakna ibrah yang berarti pelajaran, dan kadang bermakna mu`jizat yang berarti mukjizat. Sedangkan kata kaun sendiri dalam kitab tersebut musytaq dari kata kậna-yakủnu bisa bermakna al-wujud al-mutlaq al-`am (yang berarti sesuatu yang nampak dan ada. Sehingga jadilah istilah ayat kauniyah yang apabila diartikan secara harfiyah berdasarkan makna masing-masing kata tersebut menjadi tanda-tanda yang berbicara tentang segala hal yang nampak dan bisa dirasakan oleh panca indera.

Ayat-ayat kauniyah ini pun cukup banyak disebutkan dalam al-Qur’an, misalnya air disebutkan sebanyak 44 kali, buah-buahan 69 kali, angin 26 kali, binatang 20 kali, alam langit dan bumi delapan kali, hujan 15 kali, waktu 16 kali, bilangan dan angka-angka 10 kali,  api 13 kali, dan awan 10 kali. Penyebutan ayat-ayat kauniyah ini mengisyaratkan setidaknya tiga hal. 

Pertama, agar manusia mengetahui (level kognitif)  adanya  penciptaan benda-benda langit dan apapun yang terhampa di bumi tidak tiba-tiba terjadi dengan sendirinya. Ada Zat Yang Maha Kuasa yang menciptakan, mengaturnya dengan sempurna.

Kedua, tidak cukup hanya sekedar tahu saja (berhenti di level kognitif), maka penciptaan alam raya bahkan hakikat diri manusia itu sendiri yang berada di bawah kendali dan kuasa Tuhan, hendaknya membuahkan ‘iman’. Rasa percaya adanya Tuhan dan kemahakuasaan-Nya atas apa yang ia lihat di langit dan di bumi.

Ketiga, setelah tahu dan meyakini, level tertinggi ialah apa yang Allah sebutkan di penghujung surah ali-Imran/3: 190-191, “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “ Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.

Rabbanaa maa khalaqta haadzaa baathilaa— ya Tuhan kami, tiadalah Engkau ciptakan satu makhlukpun di langit juga di bumi dengan sia-sia. Semoga kami termasuk hamba-Mu yang mampu mendayagunakan akal dengan maksimal, tidak hanya merasa cukup di level kognitif; tapi juga senantiasa sadar mengingat Allah dan segenap ciptaan-Nya dengan turut menjaga kelestarian alam semesta.

Semoga Bermanfaat... 

In FrameQ7
Semesta Bertasbih

Sabtu, 20 Januari 2024

MENJAHUI: Pergaulan Bebas dan Perbuatan Zina untuk Melindungi Harkat dan Martabat Manusia

MENJAHUI: Pergaulan Bebas dan Perbuatan Zina untuk Melindungi Harkat dan Martabat Manusia

Larangan zina dan pergaulan bebas telah disebutkan secara gamblang melalui firman Allah SWT dalam Al-Quran dan sejumlah riwayat hadits Rasulullah SAW. 

Perbuatan tersebut bahkan dianggap sebagai perbuatan yang keji dan harus dijauhi.

Pelarangan zina begitu serius dibahas dalam Al-Quran. Tidak hanya sebatas larangan untuk melakukan perbuatannya, Al-Quran bahkan melarang segala bentuk perbuatan yang menyebabkan terjadinya zina atau menjurus pada zina.

Salah satu larangan Allah SWT untuk menjauhi zina diterangkan dalam surat Al Isra ayat 32 yang berbunyi,

وَلَا تَقْرَبُوا۟ ٱلزِّنَىٰٓ ۖ إِنَّهُۥ كَانَ فَٰحِشَةً وَسَآءَ سَبِيلً

Artinya: "Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk."

Hukuman dan Dalilnya
Dalam ayat lain, Allah SWT mengecam keras para pelaku zina bahkan mengancamnya dengan hukuman rajam atau dilempar batu sebesar kepalan tangan. 

Baik bagi laki-laki maupun perempuan yang sudah menikah yang kemudian disebut dengan zina muhsan.

Sementara itu, bagi pelaku zina yang belum menikah atau zina gairu muhsan dijanjikan deraan masing-masing seratus kali sebagai balasan atas kemaksiatan mereka. 

Allah SWT berfirman dalam surat An Nur ayat 2,

الزَّانِيَةُ وَالزَّانِي فَاجْلِدُوا كُلَّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا مِائَةَ جَلْدَةٍ ۖ وَلَا تَأْخُذْكُمْ بِهِمَا رَأْفَةٌ فِي دِينِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۖ وَلْيَشْهَدْ عَذَابَهُمَا طَائِفَةٌ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ

Artinya: "Pezina perempuan dan pezina laki-laki, deralah masing-masing dari keduanya seratus kali, dan janganlah rasa belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama (hukum) Allah, jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian; dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sebagian orang-orang yang beriman."

Hal ini kemudian ditegaskan dalam sabda Rasulullah SAW. Berikut bacaannya,

خُذُوا عَنِّي خُذُوا عَنِّي قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لَهُنَّ سَبِيلًا الْبِكْرُ بِالْبِكْرِ جَلْدُ مِائَةٍ وَنَفْيُ سَنَةٍ وَالثَّيِّبُ بِالثَّيِّبِ جَلْدُ مِائَةٍ وَالرَّجْمُ

Artinya: "Ambillah dari diriku, ambillah dari diriku, sesungguhnya Allah telah memberi jalan keluar (hukuman) untuk mereka (pezina). Jejaka dan perawan yang berzina hukumannya dera seratus kali dan pengasingan selama satu tahun. Sedangkan duda dan janda hukumannya dera seratus kali dan rajam." (HR Muslim).

Hukuman bagi pelaku zina tersebut, ditafsirkan oleh Al Quran Kementerian Agama (Kemenag), agar disaksikan oleh banyak orang. Sedikitnya tiga atau empat orang dengan tujuan menjadi efek jera bagi pelakunya serta pelajaran bagi mereka yang menyaksikannya.

Mengapa Islam melarang keras perbuatan zina dan pergaulan bebas?

Sebab, akibat dari zina lebih banyak memberikan dampak negatif bagi diri sendiri maupun keluarga para pezina. 

Selain itu, perbuatan zina menempatkan pelakunya seperti hewan.


Simpulnya, larangan zina untuk membedakan manusia yang hidup dengan norma-norma hukum, adat istiadat, dan agama dari binatang yang tidak mengenal mana yang baik dan mana yang buruk. 

Dengan menjauhi zina, umat muslim juga sebetulnya dapat memperoleh banyak hikmah dan manfaat bagi diri sendiri maupun orang lain. Seperti, mengantarkan pada derajat manusia yang tinggi karena mematuhi aturan Allah SWT maupun memupuk cinta dan kasih sayang dalam pernikahan yang sah.

Di samping itu, menghindari zina juga dapat diartikan sebagai menjaga diri dari berbagai penyakit yang ditimbulkan oleh zina dan pergaulan bebas. Akibatnya pun tidak hanya merugikan diri sendiri namun, juga keluarga dan masyarakat sekitar. Untuk itulah, Al-Quran memuat larangan zina dan pergaulan bebas secara tegas.

Semoga Bermanfaat.... 

In FrameQ10
Bahaya Zina

Selasa, 16 Januari 2024

Memahami: Shalat Jamak dan Qashar

Memahami: Shalat Jamak dan Qashar 

Shalat jama’ sendiri merupakan kegiatan mengumpulkan dua shalat fardhu untuk dikerjakan bersama-sama dalam satu waktu.

Shalat yang digabungkan tersebut adalah shalat dhuhur dan ashar serta maghrib dan isya.

Apabila dilakukan pada waktu pertama (dhuhur atau maghrib), maka akan disebut shalat jamak taqdim. Sedangkan jika dilakukan di waktu terakhir (ashar atau isya), maka akan dinamakan shalat jamak ta’khir.

Sementara itu, qashar diartikan sebagai kegiatan meringkas atau memendekkan jumlah rakaat shalat, dari 4 rakaat menjadi dua rakaat. 

Oleh karenanya, hanya shalat dhuhur, ashar, dan isya yang bisa dikerjakan secara qashar.

Umat Islam yang diperkenankan mengerjakan shalat dengan cara yang demikian adalah musafir yang tidak bertujuan maksiat dengan jarak tempuh minimal 81 km, orang yang sedang sakit, atau orang yang terkena bencana alam.

Adapun tata cara dan bacaan niat shalat jamak qashar taqdim dan takhir adalah sebagai berikut.

1.Taqdim
A. Dhuhur dan ashar
Shalat jamak taqdim dhuhur dan ashar dikerjakan pada waktu dhuhur. 

Namun, pastikan bahwa shalat jamak tersebut dilakukan saat masih dalam perjalanan.

Selanjutnya, shalat jamak qashar taqdim ini dimulai dengan mengerjakan shalat dhuhur dua rakaat.

Kemudian, berlanjut mengerjakan shalat ashar dua rakaat tanpa dipisah oleh ibadah atau kegiatan lain.

Niat shalat dhuhur
أُصَلِّيْ فَرْضَ الظُّهْرِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِمَجْمُوْعًا  بِالْعَصْرِ جَمْعَ تَقْدِيْمٍ قَصْرًا للهِ تَعَالَى
 
Ushalli fardho dhuhri rak'ataini mustaqbilal qiblati majmuu'an bil'ashri jam'a taqdiimin qoshron lillaahi ta'aala. 

Artinya: Aku berniat shalat zhuhur dua rakaat menghadap kiblat, dijamak qashar taqdim dengan ‘ashar karena Allah Ta’ala.

Niat shalat ashar

أُصَلِّيْ فَرْضَ الْعَصْرِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ مَجْمُوْعًا بِالظُّهْرِ جَمْعَ تَقْدِيْمٍ  قَصْرًا للهِ تَعَالَى
Ushalli fardhol ashri rak'ataini mustaqbilal qiblati majmuu'an bidh dhuhri jam'a taqdiimin qoshron lillaahi ta'aala. 

Artinya: Aku berniat shalat ashar dua rakaat menghadap kiblat, dijamak qashar taqdim dengan dhuhur karena Allah Ta’ala.

B. Maghrib dan isya
Sama seperti shalat jamak qashar taqdim dhuhur dan ashar, shalat ini juga dimulai dengan melakukan shalat maghrib terlebih dahulu. Waktu pengerjaannya ada pada shalat maghrib.

Hanya saja, bilangan rakaat shalat maghrib tidak bisa di-qashar, sehingga harus tetap dikerjakan 3 rakaat tanpa diringkas. 

Sedangkan shalat isya’ bisa dikerjakan dengan dua rakaat.

Berikut ini adalah niat shalat tersebut.

Niat shalat maghrib
أُصَلِّيْ فَرْضَ الْمَغْرِبِ ثَلاَثَ رَكَعَاتٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ مَجْمُوْعًا بِالْعِشَاءِ جَمْعَ تَقْدِيْمٍ للهِ تَعَالَى 

Ushalli fardhol maghribi tsalaatsa raka'aatin mustaqbilal qiblati majmu'an bil 'isyaai taqdiimin lillaahi ta'aala.

Artinya: Aku berniat  shalat maghrib tiga raka’at menghadap kiblat, dijamak taqdim dengan ‘Isya karena Allah Ta’ala.

Niat shalat isya’
أُصَلِّيْ فَرْضَ الْعِشَاءِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ مَجْمُوْعًا بِالْمَغْرِبِ جَمْعَ تَقْدِيْمٍ  قَصْرًا للهِ تَعَالَى

Ushalli fardhol isyaa’i rak'ataini mustaqbilal qiblati majmuu'an bil maghribi jam'a taqdiimin qoshron lillaahi ta'aala. 

Artinya: Aku berniat shalat isya dua rakaat menghadap kiblat, dijamak qashar taqdim dengan maghrib karena Allah Ta’ala.

2.Ta’khir 
A.Dhuhur dan ashar
Waktu pengerjaan shalat jamak qashar ta’khir dhuhur dan ashar ada pada waktu ashar. Kendati demikian, seorang muslim yang hendak melakukan jamak ta’khir harus sudah berniat menggabungkan shalat di waktu dhuhur.

Terkait shalat mana yang didahulukan, tidak ada ketentuan khusus. Umat muslim bisa mulai dengan shalat dhuhur dua rakaat atau ashar dua rakaat terlebih dahulu.

Namun perlu diketahui bahwa jeda antara shalat dhuhur dan ashar saat melakukan jamak tidak diizinkan diisi kegiatan lain. Seluruh shalat ini dilakukan saat di perjalanan.

Berikut ini adalah bacaan niatnya.

Niat shalat dhuhur
أُصَلِّيْ فَرْضَ الظُّهْرِ  رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ مَجْمُوْعًا بِالْعَصْرِ جَمْعَ تَأْخِيْرٍ  قَصْرًا للهِ تَعَالَى

Ushalli fardho dhuhri rak’ataini mustaqbilal qiblati majmuu'an bil'ashri jam'a takhirin qashran lillaahi ta'aala. 

Artinya: Aku berniat shalat dzuhur dua raka’at menghadap kiblat, dijamak qashar takhir dengan ‘ashar karena Allah Ta’ala.

Niat shalat ashar

أُصَلِّيْ فَرْضَ الْعَصْرِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ مَجْمُوْعًا بِالظُّهْرِ جَمْعَ تَأْخِيْرٍ  قَصْرًا للهِ تَعَالَى

Ushalli fardhol ashri rak’ataini mustaqbilal qiblati majmuu'an bidh dhuhri jam'a takhirin qashran lillaahi ta'aala. 

Artinya: Aku berniat shalat ashar dua raka’at menghadap kiblat, dijamak qashar takhir dengan dhuhur karena Allah Ta’ala.

B.Maghrib dan isya
Waktu pengerjaan shalat jamak ta’khir maghrib dan isya’ ada di perjalan saat maghrib. Seseorang yang hendak mengerjakan shalat ini harus sudah berniat dalam hati ketika memasuki waktu maghrib.

Namun perlu diketahui bahwa hanya shalat isya’ yang rakaatnya bisa diringkas atau qashar. Jumlah rakaat shalat maghrib tetap tiga atau tidak bisa diringkas. 

Adapun niatnya adalah sebagai berikut.
Niat shalat maghrib
أُصَلِّيْ فَرْضَ الْمَغْرِبِ ثَلاَثَ رَكَعَاتٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ مَجْمُوْعًا بِالْعِشَاءِ جَمْعَ تَأْخِيْرٍ للهِ تَعَالَى 

Ushalli fardhol maghribi tsalaatsa raka'aatin mustaqbilal qiblati majmu'an bil 'isyaai takhiirin lillaahi ta'aala.

Artinya: Aku berniat shalat maghrib tiga raka’at menghadap kiblat, dijamak takhir dengan ‘isya karena Allah Ta’ala.

Niat shalat isya
أُصَلِّيْ فَرْضَ الْعِشَاءِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ مَجْمُوْعًا بِالْمَغْرِبِ جَمْعَ تَأْخِيْرٍقَصْرًا للهِ تَعَالَى

Ushalli fardhol isyaa’i rak’ataini mustaqbilal qiblati majmuu'an bil maghribi jam'a takhirin qashran lillaahi ta'aala. 

Artinya: Aku berniat shalat isya dua raka’at menghadap kiblat, dijamak qashar takhir dengan maghrib karena Allah Ta’ala.

Semoga Bermanfaat.... 

In Frame PTK AB
Suatu Perjalanan

Minggu, 14 Januari 2024

Memahami: Mahligai Rumah Tangga Bahagia

Memahami: Mahligai Rumah Tangga Bahagia
 
Banyak kita temui terkait pemaparan, "rumah tangga bahagia tak hanya membuat suasana nyaman dan aman. 

Akan tetapi juga membuat generasi yang lahir dari tangga bahagia tersebut punya sumbangsih terhadap bangsa dan negara. Untuk itu, jadilah suami istri yang baik, karena rumah tangga bahagia akan melahirkan genarasi yang baik dan sesuai tuntunan agama Islam."

Membangun rumah tangga merupakan kerja sama antara suami dan istri. Untuk membangun mahligai rumah tangga bahagia, memang tidak semudah membalik telapak tangan, tapi butuh pengerobanan, terutama pengorbanan perahaan. 

Kenapa? Karena ada dua pendapat tentang visi dan misi suami dan istri dalam rumah tangga tersebut. 

Yang jelas untuk membina rumah tangga yang bahagia itu bisa dibilang gampang-gampang susah.

Soalnya, untuk meraihnya membutuhkan peran dari pasangan itu sendiri untuk mencapai tujuannya dalam berumah tangga. 

Setelah menikah dan menjalani rumah tangga terkadang ada yang tak sesuai dengan harapan kedua pasangan siami istri. Bahkan ada yang berpendapat limat tahun pertama pernikahan adalah awal yang berat. 

Kenapa demikian? Bukannya sebelum menikah sudah saling mengenal satu sama lain? Dan selama pacaran hubungan baik-baik saja. 

Jawabannya adalah karena kehidupan selama pacaran dan setelah menikah itu berbeda.

Begitu telah menikah dan berumah tangga, kedua pasangan tersebut dituntut bukan hanya sekedar kesetiaan dan kebersamaan, tapi lebih dari itu. 

Maksudnya, kedua belah pihak sudah punya tanggung jawab, dan masing-masing pasangan ada perannya sendiri.

Istri merupakan komponen tak terpisahkan dalam sebuah keluarga yang memiliki peranan tak kalah penting dari seorang suami.

Terlepas dari kontroversi mengenai bagaimana seharusnya seorang istri menghabiskan waktunya, berkarier di luar atau mengurus rumah dan keluarga, seorang istri akan menjadi ibu sekaligus sekolah pertama bagi anak-anaknya.

Karena itu, Islam mengajarkan suami untuk sebisa mungkin mencukupi semua kebutuhan istri karena tugas yang diemban istri sebagai sekolah pertama bagi anak-anaknya sangat jauh dari kategori ringan. 

Dengan fasilitas memadai semacam itulah, istri diharapkan dapat memaksimalkan perannya sebagai pendamping suami maupun mentor bagi anak-anaknya. 

Salah satunya juga membangun rumah tangga dalam Islam yang selalu di ridhoi Allah agar mendapatkan berkah-Nya.

Di balik peran dan hak tersebut, seperti halnya suami, istri juga mengemban kewajiban terhadap suami yang harus ia penuhi. 

Ini juga diatur cukup detail dan rinci dalam beberapa sumber ajaran Islam mulai dari Al-Qur’an, hadis hingga pendapat para ulama’ yang tak jarang berbeda satu sama lain.

Hal yang demikian sedikit banyak menyiratkan pembagian kerja yang fair antara suami dan istri, posisi dan fungsi masing-masing yang saling melengkapi serta keharusan memiliki visi yang sama untuk menciptakan keluarga bahagia dan kondusif untuk tumbuh kembang anak. 

Singkatnya, selain memiliki beberapa hak yang harus ditunaikan suami, istri juga memiliki kewajiban terhadap suami yang tak bisa ia abaikan. 

Istri diwajibkan selalu ta’at pada suami kecuali dalam hal-hal yang melarang aturan agama dan atau kesusilaan. 

Ini khususnya berlaku ketika suami menyuruh istri untuk melaksanakan shalat, melakukan ibadah dan melaksanakan kewajiban lain seperti memenuhi undangan, menutup aurat dan lain sebagainya.

Adapun dalam hal-hal lain yang sifatnya relatif dan bisa dibincangkan bersama, istri seharusnya selalu meminta pendapat suami setiap akan membuat keputusan dan langkah dalam hidupnya, semisal terkait dengan pekerjaan, karier, keluarga, pendidikan anak dan lain sebagainya.

Dengan demikian, kewajiban ta’at di sini tidaklah menggunakan paradigma up dan down khususnya untuk hal-hal yang sifatnya optional, akan tetapi lebih merupakan ajaran untuk melibatkan suami dalam pengambilan keputusan-keputusan penting. 

Tentu saja dalam proses semacam itu, baik suami maupun istri sama-sama menyuarakan pendapatnya sehingga keputusan yang diambil dapat representatif dan tidak merugikan pihak manapun.

#Semoga Bermanfaat..... 

In FrameQ12
Rumah Tangga Bahagia
 

Iman: Kehormatan, Malu, Zuhud

Iman: Kehormatan, Malu, Zuhud

Diantara untuk menguatkan iman adalah dengan menjaga kehormatan, selalu ikhlas beramal, malu berbuat suatu keburukan, dan memampukan diri bersikap zuhud. 

Dan perlu kita ketahui bersama termasuk cabang Iman adalah dengan menjaga kehormatan, ikhlas, malu, dan zuhud.

Lebih jelasnya, menjaga kehormatan adalah proses penjagaan tingkah laku seseorang agar sejalan dengan ajaran agama, menghiasi diri dengan akhlak terpuji dan menjauhi segala bentuk keburukan.

Sedangkan pengertian ikhlas adalah beribadah karena Allah bukan karena selain-Nya.

Lalu, pengertian malu (haya’) ialah seseorang yang mampu menahan dan menutup diri dari hal-hal yang akan dapat mendatangkan aib atau keburukan pada dirinya. Sifat malu sebagai cabang iman seseorang dapat tergerak melakukan kebaikan dan menghindari keburukan.

Terakhir pengertian zuhud adalah meninggalkan dari kesenangan dunia untuk lebih mementingkan ibadah. Dengan kata lain zuhud adalah cara kita menyikapi harta dunia yang kita miliki tidak menjadikan kita lalai dan jauh dari ajaran agama Islam.

#Semoga Bermanfaat..... 

In FrameQ11
Penguatan Iman