Jumat, 05 April 2024

Malam Selikuran

Malam Selikuran
  
Tradisi menyambut malam Lailatul Qadar di berbagai daerah di Indonesia sering diistilah dengan malam selikuran. (Baca: Peradaban Islam Nusantara) 

Malem Selikur, atau dikenal juga dengan Selikuran, diyakini telah ada sejak awal penyebaran agama Islam di tanah Jawa. (Baca: Islam di Jawa) 

Sepuluh hari terakhir di bulan Ramadan ini, menjadikan berbagai daerah di Indonesia akan menggelar tradisi malam selikuran (malam ke-21).

Sebagaimana dalam bahasa Jawa, Malem Selikur berasal dari kata malem yang berarti malam dan selikur yang berarti dua puluh satu. (Baca: Bahasa Jawa) .

Malam selikuran adalah tradisi untuk menyambut malam Lailatul Qadar yang menurut ajaran agama Islam terjadi pada tanggal ganjil di mulai pada malam ke-21 (selikur). (Baca: Islam Nusantara) 

Tradisi ini diperkenalkan oleh Wali Sanga sebagai metode dakwah Islam yang disesuaikan dengan budaya Jawa. (Baca: Metode Dakwah Walisongo) 

Selikur juga diartikan sebagai sing linuwih ing tafakur. Tafakur berarti usaha untuk mendekatkan diri pada Allah SWT. (Baca: Mengenal Tradisi di Jawa) 

Artinya sebagai ajakan untuk lebih giat mendekatkan diri pada Allah dan diharapkan menjadi sarana pengingat untuk memperbanyak sedekah, merenung dan instropeksi diri, juga menggiatkan ibadah. (Baca:  Membentuk Kesolehan)

Semoga Bermanfaat

In Frame, 
Menjemput Rahmat-Nya

Tidak ada komentar: