Kamis, 28 Juli 2022

Jum'at Legi

Jum'at Legi

Jum’at menjadi hari yang lebih baik di antara hari-hari selainnya. Sekaligus menjadi hari dipenuhi keberkahan dan pahala yang melimpah.

Sehingga tidak salah jika memperbanyak amal baik selama hari tersebut. Sebagaimana disebutkan dalam hadist

“Sesungguhnya hari yang paling utama bagi kalian adalah hari Jum’at, maka perbanyaklah shalawat kepadaku di dalamnya. Karena shalawat kalian akan ditujukan kepadaku,” (HR Abu Dawud, Ibnu Majah dan Nasa’i).

Salah satunya dengan memperbanyak membaca shalawat kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam, sekalipun hal itu tidak hanya dilakukan pada hari tertentu.

 Namun untuk hari Jum’at, ditekankan untuk lebih digiatkan dibandingkan hari-hari lainnya.

Bahkan di kalangan masyarakat Nusantara,  khususnya masyarakat Jawa Timur, hari Jum’at  dinilai sebagai salah satu hari yang sakral dan istimewa, terutama pada malam Jum’at Legi (Jawa).

Sesuai adat masyarakat Jawa Timur, jum’at legi diyakini ada keutamaan dan fadilah melimpah.

 Sementara dalam perspektif agama, jum’at disebut sebagai Sayyidul Ayyam. Sehingga kulturasi adat dan agama memunculkan kebiasaan yang berujung keyakinan yang positif, khususnya mengenai jum’at legi perspektif agama maupun adat kebiasaan masyarakat.

Bahkan tidak jarang, ketika memasuki Jum’at Legi sebagian masyarakat seringkali berlomba-lomba melakukan berbagai amalan positif.

Salah satunya dengan melakukan khotmil Qur’an sehari menjelang Jum’at Legi, yakni mulai dari hari Kamis pagi.

Tradisi dan kepercayaan ini merupakan suatu hal terkait dengan kebiasaan tertentu yang dilakukan secara terus-menerus, sedangkan kepercayaan adalah suatu hal yang dipercaya dan memiliki pengaruh. 

Tradisi atau yang lebih akrab didengar sebagai budaya yang saat ini berkembang merupakan kebiasaan turun temurun dari nenek moyang alias para pendahulu kita. 

Tradisi yang terus berkembang terkadang juga berpengaruh terhadap kepercayaan ataupun agama tertentu.

Seperti halnya (malam) Jum’at Legi yang menurut sebagian masyarakat, dianggap sebagai malam istimewa dan cenderung sakral, tidak terkecuali bagi masyarakat Jawa Timur. Bahkan beragam tradisi hingga ritual pada malam Jum’at Legi tetap dipercayai dan masih berlangsung hingga saat ini.

Kultur masyarakat Jawa timur, memang selalu identik dengan beragam hal sakral masih terikat erat dengan budaya dan tradisi nenek moyang.

Salah satu bentuk kesakralan dalam perspektif masyarakat Jawa Timur khususnya, yaitu ketika memaknai hari.

Memasuki Malam Jum’at Legi (Kamis Malam), biasanya masyarakat menggunakan waktu untuk ziarah kubur atau nyekar. Baik itu makam keluarga ataupun yang dianggap makam keramat karena keistimewaannya, fenomena ini sebenarnya tidak hanya dipengaruhi oleh budaya dari masyarakat saja, tetapi juga dipengaruhi oleh kepercayaan terhadap sebuah ajaran keagamaan.

Dalam perspektif masyarakat Jawa, Jum’at dilatar belakangi dengan mitos sebagai pelambang air, di mana air dimaknai sebagai zat penyangga kehidupan. Sedangkan Legi diartikan sebagai simbol arah mata angin timur atau menjadi simbol udara yang dinilai sebagai unsur kehidupan pokok.

Termasuk simbol udara yang diyakini sebagai arti kehidupan, karena tanpa udara manusia tidak bisa bernafas.

Sehingga mengartikan, jum’at Legi sebagai lambang penyangga kehidupan.   

Simpulnya, keyakinan masyarakat terhadap sakralitas Jum’at Legi sebagai bentuk dari ajaran moral berketuhanan. 

Keyakinan tersebut juga mengajarkan agar masyarakat menjadi pribadi yang lebih baik, termasuk menjadi wejangan untuk mengingat kepada Tuhan sebagai sumber kehidupan sejati.

Sementara dalam perspektif agama dan kepercayaan juga mendorong pemaknaan sakralitas "nyekar" pada malam Jum’at, sekalipun tidak secara khusus merujuk pada malam Jum’at legi seperti yang biasa dilakukan oleh masyarakat pada umumnya.

Dalam perspektif ajaran Islam juga menyebut hari Jum’at sebagai hari yang agung. Sekaligus menjadi waktu di mana pahala seseorang yang beramal baik akan dilipatgandakan dibandingkan dengan selain hari Jum'at.

#Semoga Bermanfaat & Menambah Berkah.......
#Salam Perubahan, Menuju Kemajuan, Dengan Tujuan.......
#Salam Satu Jiwa, Buktikan Kita Pasti Bisa.......

In Frame
Mengenal Sajian, Jum'at Legi


Rabu, 20 Juli 2022

Pendidikan & Tradisi

Pendidikan & Tradisi 

Rekam jejak Sejarah Pendidikan Islam, semenjak jaman Nabi Muhammad saw. sudah dibina di atas pewarisan tradisi atau yang biasa disebut dengan sunnah nabawiyyah, beliau mewariskan tradisi itu kepada para sahabat, kemudian para sahabat mewariskannya kepada para tabi’in dan seterusnya sampai kepada kita. 

Lalu apabila Islam menghendaki tradisi itu antara lain untuk mengembangkan kreasi tentang pola-pola dalam kehidupan serta mengembangkan gairah hidup hingga tercapainya titik tujuan dan apabila Islam juga menginginkan agar pendidikan itu digunakan antara lain untuk melestarikan nilai-nilai dan demi mengembangkan kreativitas peserta didik, maka keduanya tidak bisa dipisahkan karena memiliki tujuan yang sejalan dan saling mempengaruhi. 

Oleh sebab itu, tradisi yang sudah menyatu dalam diri masyarakat bisa mewujud dalam aspek agama, sosial, ekonomi, budaya, pendidikan dan lain sebagainya yang sejatinya semua itu adalah hasil dari pendidikan juga.

#Semoga Bermanfaat & Menambah Berkah.....
#Salam Perubahan, Menuju Kemajuan, Dengan Tujuan.....
#Salam Satu Jiwa, Buktikan Kita Pasti Bisa.....

In Frame
Berbagi Tumpeng

Selasa, 19 Juli 2022

Lailatul Ijtima' di Masjid Jami' Al-Barokah

Lailatul Ijtima' di Masjid Jami' Al-Barokah

Pentingnya semangat bergerak dan terus berjuang dari hulu ke hilir adalah suatu keharusan, demi kemaslakhatan bersama di kemudian hari. Misalnya, rombongan MWC NU Krembung menghadiri lailatul ijtima’ yang diselenggarakan di Masjid Jami' Al-Barokah Desa Waung Kecamatan Krembung.

Esensi dengan terselenggaranya lailatul ijtima’ ini menambah nilai manfaat bagi warga Nahdiyin, pelaksanaannya juga menambah semangat dalam melangkah bersama yang terkoordinasi dari PB, PW, PC, MWC sampai Pengurus Ranting.

Lailatul ijtima' ini menjadi salah satu program LDNU MWC NU Krembung dari sekian list program yang sudah dibahas di musker. 

Lailatul ijtima’ ini salah-satunya berisi tentang sosialisasi kebijakan, juga hasil bahsul masail, info perkembangan terbaru, hal lain yang sangat bermanfaat. 

Ini sangat bermakna karena setiap MWC NU menyampaikan strategi menggerakkan jamiyah sesuai kondisi atau tantangan yang dihadapi.

Adanya pertemuan ini juga menambah wawasan dan semangat demi membuat terobosan atau menciptakan peluang dalam melangkah meraih cita-cita bersama.

Karena tantangan di setiap MWC NU berbeda tentunya. Sedangkan dalam kepengurusannya akan fokus menjaga kekompakan dan membangun sinergi seluruh keluarga besar, serta berkomunikasi dengan pihak yang jadi elemen penting dalam menjalankan roda organisasi maju bersama.

Kepengurusan MWC NU  yang dihuni banyak kader muda dan tetap bersinergis dengan kader tua menjadi lebih dinamis.

Sehingga ngajak ngopi bareng adalah istilah bahasa koordinasi non formal untuk membangun kebersamaan dan memudahkan menemukan solusi bersama adalah hal wajar sekaligus terpenting untuk penyamaan persepsi dalam setiap pergerakan.

Sehingga dengan demikian, berharap setiap pertemuan formal bisa berjalan lancar dan sukses sesuai harapan bersama.

#Semoga Bermanfaat & Menambah Berkah.....
#Salam Perubahan, Menuju Kemajuan, Dengan Tujuan.....
#Salam Satu Jiwa, Buktikan Kita Pasti Bisa.....

In Frame
Sejenak Bersama KH. Badrus Sholeh, KH. Moh. Suyanto, S.Pd.I, Dulur-dulur MWC NU Krembung

Rabu, 13 Juli 2022

Pesan Bijak Bermedia Sosial

Pesan Bijak Bermedia Sosial 

Penggunaan media sosial yang berlebihan dapat menyebabkan gangguan kesehatan mental pada masyarakat. 

Dalam studi analisis sosial, penggunaan media sosial secara berlebihan menimbulkan bahaya yang mengintai bagi orang dewasa.

Studi ini melihat pengaruh media sosial mulai dari Facebook, Twitter, obrolan atau chat terhadap kesehatan mental orang dewasa di masyarakat pada umumnya.

Hasil dari studi analisis sosial ini menyimpulkan penggunaan media sosial yang berlebihan sangat berbahaya bagi kesehatan mental karena dapat menyebabkan depresi. 

Peningkatan penggunaan media sosial ini dikaitkan dengan peningkatan skor CES-D atau skala depresi pada seseorang sebesar 9 persen.

Temuan studi analisis sosial ini menunjukkan bahwa penggunaan media sosial membahayakan kesehatan mental orang dewasa; peningkatan satu standar deviasi dalam penggunaan media sosial oleh orang dewasa dikaitkan dengan peningkatan skor CES-D sebesar 9 persen.

Hasil studi ini membuat para peneliti menyarankan adanya kebijakan yang dapat membuat orang dewasa bijaksana dalam menggunakan media sosial.

Temuan ini menunjukkan bahwa kebijakan yang menawarkan saran untuk penggunaan media sosial online yang bijaksana diperlukan untuk melindungi orang dewasa dari efek bahaya media sosial online pada kesehatan mental mereka.

Dalam ilmu kejiwaan, penggunaan media sosial secara tidak tepat dan berlebihan dapat memberikan dampak negatif, baik fisik, psikologis, dan sosial. Dampak secara fisik, misalnya, masalah penglihatan dan masalah tidur. Penggunaan media sosial membuat individu menatap layar terlalu lama sehingga dapat membuat mata kelelahan.

Tidak jarang juga kita temukan kebiasaan seseorang sebelum tidur terbawa kebiasaan untuk mengecek media sosialnya, yang pada awalnya hanya berencana membuka selama 5 sampai 10 menit, tanpa sadar terus melihat-lihat hingga berjam-jam dan mengganggu jam tidur atau istirahat mereka.

Sedangkan masalah psikologis yang dapat muncul adalah cyberbullying, memunculkan ketergantungan dengan media sosial (adiksi), keterampilan sosial yang kurang baik, dan merasa kesepian.

Selain itu, penggunaan media sosial secara berlebihan juga bisa berdampak negatif pada gambaran diri yang kurang baik.

Hal ini dapat terjadi karena individu membandingkan dirinya dengan orang lain yang mereka lihat di media sosial.

Jika terus berada dalam kondisi tersebut, maka tidak menutup kemungkinan muncul masalah atau gangguan psikologis, seperti kecemasan atau depresi d.s.t.

Untuk mengurangi dampak buruk dari media sosial ini, Patut kiranya kita cerdas bermedia sosial sejak dini. Mulai dari mempertimbangkan nilai manfaat dan dampak kerugian yang ditimbulkannya,  menanamkan sikap kritis dan mencari tahu informasi agar tidak mudah terpengaruh dan pada akhirnya mempengaruhi kondisi kesehatan mental kita.

Dan, diharapkan bagi setiap individu bisa melakukan refleksi diri dan lebih bijak menggunakan media sosial. Misalnya, menggunakannya sesuai dengan kebutuhan, menentukan batas atau membuat jadwal kegiatan yang bisa menggantikan penggunaan media sosial. 

Jika digunakan secara tepat, maka media sosial dapat berguna dengan baik dan menambah nilai manfaat bagi kita.

#Semoga Bermanfaat & Menambah Berkah.......
#Salam Perubahan, Menuju Kemajuan, Dengan Tujuan.......
#Salam Satu Jiwa, Buktikan Kita Pasti Bisa.......

In Frame 
Relasi Bijak Bermedia Sosial


Senin, 11 Juli 2022

Keistimewaan Hari Tasyrik

Keistimewaan Hari Tasyrik

Hari Tasyrik merupakan tiga hari setelah sholat Idul Adha, waktu yang istimewa untuk dzikir, memanjatkan doa dan bersedekah. 

Setiap Muslim sangat dianjurkan untuk banyak mengucapkan takbir, tahlil, tahmid dan tasbih.

Kehadiran hari tasyrik merupakan hari dibebaskannya makan dan minum. Sebaliknya, Muslim dilarang berpuasa pada hari-hari tasyrik tersebut.

Sebagaimana penjelasan ahli bahasa dan ahli fikih, hari tasyrik adalah tiga hari setelah Hari Raya Idhul Adha (nahar) yakni tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah. Dinamakan tasyrik karena di hari-hari tersebut daging-daging qurban didendeng (dipanaskan di bawah terik matahari).

Jumhur ulama menyatakan disunnahkan takbiran setelah sholat fardhu di hari-hari tasyrik. Selain karena itu bagian dari amal shalih, juga secara praktik ada beberapa shahabat yang sudah melakukannya.

Dalam madzhab Syafi’i, takbir mutlak atau juga disebut takbir mursal, baru dimulai sejak terbenamnya matahari 9 Arafah atau tepat di maghrib malam hari raya.

Walaupun ada juga sebagian syafi’iyyah yang mengatakan bahwa permulaan takbir mutlak adalah sejak fajar shidiq hari Arafah.

Sedangkan waktu akhir dari takbir mutlak ini adalah sebelum maghrib tanggal 13 Dzulhijjah. Sedangkan untuk takbir muqayyad, maka dimulai sejak habis maghrib malam hari raya hingga habis ashar tanggal 13 Dzulhijjah. 

Dan takbir muqayyad hendaknya dibaca terlebih dahulu sebelum berdzikir rutin setelah shalat fardhu.

#Semoga Bermanfaat & Menambah Berkah.....
#Salam Perubahan, Menuju Kemajuan, Dengan Tujuan.....
#Salam Satu Jiwa, Buktikan Kita Pasti Bisa.....

In Frame
Hari Tasyrik, Menikmati Mie Ayam Lumayan

Sabtu, 09 Juli 2022

Epistemologi Idul Adha

Epistemologi Idul Adha 

Secara epistemologi, Hari Raya Idul Adha, yang diinginkan dalam pesan antara Nabi Ibrahim dan menyimbolkan penyembelihan anaknya, Nabi Ismail, yang akhirnya diganti dengan seekor kambing, memiliki dua basis epistemologi.

Pertama, umat Islam diwajibkan untuk selalu beriman dan bertakwa, baik dalam kondisi kaya ataupun miskin, sehingga ketakwaan dan kepatuhan akan perintah Allah SWT itu wajib ditunaikan meskipun dengan mengorbankan harta, jabatan atau waktu.

Kedua, umat Islam itu diharuskan untuk selalu bersikap konsisten, memiliki komitmen, jujur, dan bertanggung jawab serta amanah pada titipan harta, jabatan, waktu senggang secara penuh dapat termanfaatkan dengan baik. Sebagaimana yang dicontohkan Nabi Ibrahim ketika mendapatkan perintah untuk mengorbankan anaknya, Ismail.

Hal ini menegaskan bahwa sikap konsisten dan jujur merupakan tonggak dasar seseorang mematuhi perintah Allah.

Praktik kebohongan dan ketidakkonsistenan dalam hidup bermasyarakat yang dimiliki seseorang dengan cara yang haram dalam sebuah sistem  merupakan tindakan manusia akibat tidak dapat menjalankan amanah dan kepatuhan dari perintah Allah SWT.

Alhasil, kehancuran akan dialami masyarakat secara meluas.

Dengan demikian, umat Islam di masyarakat, khususnya pemimpin birokrasi, tokoh agama, tokoh masyarakat, pelaku perubahan, tim penggerak berkemajuan, harus mampu memaknai ibadah Idul Adha tidak hanya secara ritual dan menyembelih kurban saja.

Akan tetapi, yang sangat signifikan ialah bagaimana tindakan dan perbuatan kita setelah menjalankan ibadah Idul Adha dan berkurban.

Apakah kita tetap menjalankan perintah dan menjauhi larangan dari Allah termasuk menjauhi praktik ketidakjujuran dan ketidakkonsistenan dalam bermasyakat?

Karena itu, pada momentum Idul Adha ini, berkurban untuk kesejahteraan dan berkurban demi mencapai cita-cita luhur dalam hidup bermasyarakat ialah sebuah keniscayaan yang harus dilakukan seluruh anggota masyarakat menuju peradaban berkeadaban.

#Semoga Bermanfaat & Menambah Berkah......
#Salam Perubahan, Menuju Kemajuan, Dengan Tujuan.......
#Salam Satu Jiwa, Buktikan Kita Pasti Bisa.......

In Frame
Mas Rehan-Mas Musa-Adik Bita,  Menyambut Idul Adha 1443 H

Kamis, 07 Juli 2022

Melaksanakan Puasa Tarwiyah Dan Arofah

Melaksanakan Puasa Tarwiyah Dan Arofah

Dalam kalender Islam, puasa sunah untuk bulan Dzulhijjah dilaksanakan 2 hari sebelum tanggal 10 Dzulhijjah (Idul Adha) atau biasa dikenal dengan lebaran haji yaitu tanggal 8 dan 9 Dzulhijjah. (Baca: Keutamaan Bulan Dzulhijjah)

Tanggal 8 Dzulhijah dinamakan puasa Tarwiyah dan tanggal 9 Dzulhijah dinamakan puasa Arafah. (Baca: Keutamaan Puasa Tarwiyah & Arofah) 

Puasa sunah Tarwiyah dan Arafah sangat dianjurkan, agar kita dapat turut merasakan nikmatnya seperti yang dirasakan oleh para jama'ah haji. (Baca: Nikmatnya Ibadah Haji)

Puasa Arafah adalah puasa yang dilaksanakan pada hari Arafah yakni pada tanggal 9 Dzulhijjah yaitu hari pada saat jama'ah haji melakukan wukuf di padang Arafah. (Baca: Indahnya Ibadah Haji)

Puasa Tarwiyah adalah puasa yang dilaksanakan pada hari tarwiyah yakni 8 Dzulhijjah, hari sebelum hari wukuf. (Baca: Spiritualitas Bulan Dzulhijjah)

Adapun keutamaan puasa sunah Tarwiyah (8 Dzulhijjah) dan 'arafah (9 Dzulhijjah) berdasarkan beberapa hadist antara lain,

(1)Puasa Tarwiyah dapat menghapus dosa satu tahun silam yang telah terlewati. Untuk niatnya puasa tarwiyah adalah

نويت صوم ترويه سنة لله تعالى

“Saya niat puasa Tarwiyah, sunnah karena Allah ta’ala.”

(2)Sedangkan puasa hari 'arafah memiliki keutamaan yaitu dapat menghapus dosa dua tahun (1 tahun lalu dan 1 tahun yang akan datang).
Untuk niatnya puasa arafah adalah

نويت صوم عرفة سنة لله تعالى

“ Saya niat puasa Arafah , sunnah karena Allah ta’ala.”

Dalam referensi yang lain tersebutkan fadhilah puasa 'arofah diantaranya,

صَوْمُ يَوْمِ عَرَفَةَ يُكَفِّرُ سَنَتَيْنِ مَاضِيَةً وَمُسْتَقْبَلَةً وَصَوْمُ عَاشُوْرَاَء يُكَفِّرُ سَنَةً مَاضِيَةً

Puasa hari Arafah menebus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang dan puasa Asyura (10 Muharram) menebus dosa setahun yang telah lewat. (HR Ahmad, Muslim dan Abu Daud dari Abi Qotadah)
 
Dan masih banyak lagi hadist-hadist tentang ke utamaan puasa tersebut. Untuk membangun daya spiritualitas kita di bulan Dzilhijjah dan tetap mendapatkan ridho-Nya Allah Swt. (Baca: Relasi Nilai Manfaat Puasa Tarwiyah & Arofah)

#Semoga Bermanfaat & Menambah Berkah.......
#Salam Perubahan, Menuju Kemajuan, Dengan Tujuan.......
#Salam Satu Jiwa, Buktikan Kita Pasti Bisa......

In Frame 
Menyambut Hari Raya Idul Adha 1443 H

Rabu, 06 Juli 2022

Regulasi Kecerdasan Emosional

Regulasi Kecerdasan Emosional

Tentunya kita sudah familiar dengan yang namanya kecerdasan. Kecerdasan diartikan sebagai intelegensi atau perihal cerdas, dengan makna lain diartikan perkembangan akal budi yang menuju ke arah kesempurnaaan. (Baca: KBBI/ Kamus Besar Bahasa Indonesia) 

Sebagaimana penjelasan dari berbagai referensi terpercaya, Kecerdasan ada beberapa jenis. Mulai dari kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), dan kecerdasan spiritual (SQ). (Baca: Sinergisitas IQ, EQ, SQ)

IQ kerap sekali menjadi penentu kesuksesan masa depan seseorang. Ini suatu pendapat di masyarakat pada umumnya.
 
Seseorang yang memiliki IQ tinggi dianggap cenderung bisa menjadi orang yang mampu menyelesaikan masalah dengan baik dan cenderung bisa menemukan solusi ketika beradaptasi dengan situasi baru. (Baca: Ada apa Dengan IQ)

Dalam kualifikasi pendidikan formal, orang yang memiliki IQ tinggi cenderung lebih mendapatkan peluang untuk lebih unggul. (Baca: Kecenderungan IQ) 
 
Akan tetapi, saat ini bukan hanya terpaku pada pembahasan mengenai kecerdasan intelektual, melainkan pembahasan mengenai satu jenis kecerdasan lain, mulai diperbincangkan, yaitu kecerdasan emosional (EQ). Bahwa, seseorang yang memiliki IQ tinggi saja tidaklah cukup, mereka juga harus mampu mengontrol emosi dengan baik. (Baca: Antara IQ dan EQ)

Sehingga nantinya ketika hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara  mampu menciptakan kedamaian dalam rangkaian kebersamaan meskipun banyak perbedaan. Tetap bisa menghadirkan saling memamahami, menyayangi, tolong-menolong antar satu sama lain. Tangguh dalam menghadapi tantangan dan cepat tanggap dalam menciptakan peluang zaman. (Baca: Indahnya Kebersamaan)

#Semoga Bermanfaat & Menambah Berkah.......
#Salam Perubahan, Menuju Kemajuan, Dengan Tujuan.......
#Salam Satu Jiwa, Buktikan Kita Pasti Bisa.......

In Frame
Mas Musa Al-Khawarizmi Aryanta Siswanto (Musa) Menggendong Adik Tsabita Sifwa Aryanta Siswanto (Bita)

Minggu, 03 Juli 2022

Ruang Kecerdasan Sosial

Ruang Kecerdasan Sosial 

Kecerdasan sosial tidak hanya berguna bagi kita untuk menjalin hubungan dengan orang dalam kehidupan bermasyarakat, tetapi juga berguna bagi diri kita sendiri untuk membentuk jati diri. 

Melalui hubungan sosial yang baik dengan orang lain, perkembangan psikologis kita terbantu dengan baik.

Melalui berhubungan baik dengan orang lain, jati diri kita akan terbentuk, perkembangan kemampuan intelektual dan sosial kita terbantu, dan kesehatan mental kita terjaga. 

Berhubungan baik dengan orang lain memang mampu mendatangkan rizki kepada kita, baik secara material maupun secara non material. 

Dari Abu Hurairah, Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِى رِزْقِهِ ، وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِى أَثَرِهِ ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ 

“Siapa yang suka dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya hendaklah dia menyambung silaturrahmi.” (HR. Bukhari no. 5985 dan Muslim no. 2557)

Berdasarkan data referensi yang ada mengembangkan kecerdasan sosial bisa kita lakukan melalui beberapa cara antara lain,

Pertama dengan melatih diri untuk memahami perubahan emosi-emosi yang ada pada diri sendiri. Kepekaan terhadap perasaan orang lain cenderung membuat kita lebih memahami dan memudahkan kita untuk berinteraksi dengan orang lain. 

Kedua, menggali norma-norma yang berlaku pada masyarakat, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis kemudian mengamalkannya. Jangan sungkan untuk belajar tata krama yang berlaku di masyarakat dimana kita tinggal, meskipun kepada orang yang lebih muda. Pepatah mengatakan, dimana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Maka kita perlu terus menggali norma-norma yang berlaku demi kita dapat menghormati dan menghargai orang lain dimana pun kita berada.

Ketiga, dengan mengembangkan sikap empati. Empati adalah proses mental memposisikan diri pada perasaan atau pikiran yang sedang dialami oleh orang lain. Misalnya, jika ada orang di sekitar kita yang sedang mengalami suatu musibah, cobalah untuk memposisikan diri sebagaimana kejadian yang dialami oleh orang tersebut. Dengan begitu, kita dapat memberikan dukungan maupun saran yang yang lebih bisa diterima oleh orang tersebut. Bukan malah menyalahkan atau menjatuhkan harga diri atau semangatnya dalam berjuang. 

Cara keempat dengan berkomunikasi secara sopan dan santun kepada orang lain. Orang di suatu daerah pastilah memiliki bahasa daerahnya masing-masing, meskipun kita hidup dalam bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia. Dalam bahasa daerah, biasanya terdapat beberapa tingkatan bahasa yang digunakan untuk berbicara kepada orang yang lebih tua. Kita akan terlihat lebih sopan dan santun saat berbicara kepada orang saat menggunakan bahasa yang halus dan berefek pada simpati orang tersebut kepada kita.

Cara kelima untuk mengembangkan kecerdasan sosial adalah dengan belajar untuk menjadi pendengar yang baik. Mendengarkan secara efektif. Tidak masuk telinga kanan, keluar telinga kiri. Mendengarkan pun sebenarnya adalah sebuah keterampilan. Tidak semua orang dapat mendengar dengan baik saat berkomunikasi dengan orang lain. Terkadang, dalam berkomunikasi dengan orang, kita hanya ingin didengar tanpa mau mendengar. Perilaku ini harus segera disadari lalu diubah menjadi komunikator yang baik dengan mulai belajar mendengarkan.

Cara terakhir adalah dengan mengembangkan keterampilan diri dalam memasuki dan menghadapi situasi yang berbeda-beda.

Cara-cara di atas tidak sepenuhnya wajib kita lakukan, akan tetapi semakin banyak cara yang kita lakukan, maka akan semakin baik hasilnya.

#Semoga Bermanfaat & Menambah Berkah......
#Salam Perubahan, Menuju Kemajuan, Dengan Tujuan......
#Salam Satu Jiwa, Buktikan Kita Pasti Bisa.....

In Frame
Ikut Guyup Dalam Ruang Kecerdasan Sosial