Tradisi: Megengan, Ruwah Desa, Nyadran.
Tiga tradisi menjelang bulan ramadan yang sering dan rutin diadakan di desa (khususnya masyarakat Jawa) yaitu megengan, ruwah desa (bersih desa) dan nyadran.
Pertama Tradisi Megengan.
Kata Megengan berasal dari Megeng, yang artinya menahan.
Maksud dari tradisi ini adalah mengharuskan kita menahan segala hawa nafsu. Untuk menyambut bulan Ramadhan tentunya.
Megengan merupakan bentuk mendoakan keluarga dan leluhur yang sudah meninggal dunia.
Megengan biasa dilakukan di bulan Sya’ban (Kalender Hijriyah) atau Ruwah (Kalender Jawa). Kue khas megengan yang selalu ada di acara ini adalah kue apem.
Rangkaian kegiatan megengan ini biasanya diadakan baik di masjid, musholla, balai desa atau tempat yang dianggap keramat tergantung kebijakan perangkat desa dan tokoh agama atau adat setempat. Dengan diisi doa bersama baik tahlil, istighosah d.s.t
Kedua tradisi ruwah desa atau bersih desa.
Umumnya tradisi ini juga diadakan di bulan Sya’ban (Kalender Hijriyah) atau Ruwah (Kalender Jawa) juga.
Ruwah desa diadakan dengan tujuan untuk membersihkan desa dari tolak bala atau musibah.
Rangkaian kegiatan ruwah desa ini biasanya dipusatkan di balai desa atau tempat yang dianggap keramat di sebuah desa tersebut. Dari rangkaian acaranya ini juga tergantung kebijakan desa, tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh adat masing-masing. Dan, selalu mengalami perkembangan zamannya mulai dari diawali dengan khataman Al-Quran, kirim doa bersama, pengajian akbar d.s.t.
Dan di hari berikutnya, selalu ada pementasan kesenian tradisional yaitu ludruk atau wayang kulit yang menjadi ciri khasnya.
Kemudian yang ketiga tradisi nyadran.
Nyadran merupakan salah satu tradisi yang masih lekat dalam kehidupan masyarakat Jawa pada umumnya.
Nyadran berasal dari bahasa Sanskerta sraddha yang artinya keyakinan. Tradisi nyadran merupakan suatu budaya mendoakan leluhur yang sudah meninggal dan seiring berjalannya waktu mengalami proses perkembangan zaman dan budayanya. Sehingga menjadi adat dan tradisi yang memuat berbagai macam seni budaya.
Sebetulnya nyadran juga dikenal dengan nama ruwahan, karena juga dilakukan pada bulan Sya’ban (Kalender Hijriyah) atau Ruwah (Kalender Jawa).
Tradisi nyadran berdasarkan sejarahnya merupakan suatu akulturasi budaya jawa dengan Islam.
Nyadran atau sadranan adalah tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Jawa untuk mengucapkan rasa syukur, dengan mengunjungi makam leluhurnya yang ada di suatu desa tersebut. Untuk mengingatkan setiap diri kita pada akhirnya akan mengalami kematian.
Rangkaian kegiatan ini mulai dari besik (membersihkan makam leluhur), Kirab (arak-arakan peserta), Ujub (menyampaikan maksud), doa bersama, dan diakhiri makan bersama.
Semoga Bermanfaat...
In Frame
Sekedar Berbagi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar