Minggu, 26 Maret 2023

QUANTUM PUASA

QUANTUM PUASA

Puasa, terutama yang dilakukan pada bulan Ramadhan sejatinya memiliki basis spiritualitas yang kuat.

Apa lagi dalam bulan Ramadhan ini, miliaran umat Islam yang secara bersama-sama menjalankannya, sejatinya frekuensi-frekuensi yang terpancar dari orang-orang yang berpuasa membentuk satu titik pusat energi yang selanjutnya memancarkan kembali energi dahsyat tersebut ke dalam diri umat Islam.

Frekuensi dan pancaran-kembali atas energi yang ada relevan dengan law of attraction.

Secara verbal syariah, puasa memang dimaknai menahan diri dari makan, minum dan pemenuhan kebutuhan biologis dari terbit fajar hingga terbenam matahari.

Tetapi secara hakiki menahan hawa nafsu atas dunia.

Sehingga dorongan bekerja yang dilandasi “to have” yang berlebihan dan seringkali memantik egoisme, individualistik, kerakusan khususunya, dan selanjutnya mengurangi kualitas kinerja, terutama dalam sebuah lembaga, itu bisa di atas dari makna hakiki puasa.

Berpuasa itu akan menanamkan satu nilai dalam diri untuk senantiasa memuarakan atau membingkai segala yang dilakukannya dalam nilai ibadah—yang dalam pandangan teori konsep diri dan visi-misi hidup yang saya susun sendiri—menyebutnya ridho Allah. 

Sejatinya baik ketika sedang berpuasa maupun setelah berpuasa, maka bekerja pun senantiasa diarahkan dalam bingkai ibadah (ridho Allah).

Mengarahkan segala aktivitas, pekerjaan, atau apapun yang kita kerjakan kea rah Ridho Allah, hal ini bisa melampaui konsepsi “AMBak”-nya DePorter & Hernacki.

Berpuasa, bisa dipastikan bahwa orang yang bersangkutan, hatinya akan senantiasa tertaut pada ingatan akan kehadiran Allah.

Mengingat Allah, sebagaimana janji Allah, hati akan tenteram. Dan jika merujuk pada skema yang dirumuskan oleh DePorter & Hernacki dalam buku karynya Quantum Learning, yang bisa membangkit kedahsyatan otak adalah hati yang tenteram.

Meskipun saya sering menyebutnya “suasana hati yang TSB”. TSB itu, Tenang, Senang, dan Bahagia. 

Bukankan otak adalah pusat dari semua syaraf yang akan memengaruhi kedahsyatan “kerja keras” dan “kerja cerdas”.

#Semoga Bermanfaat & Menambah Berkah.....
#Salam Membangun Peradaban, Dengan Keadaban.....
#Salam Perubahan, Menuju Kemajuan, Dengan Tujuan.....
#Salam Satu Jiwa, Buktikan Kita Pasti Bisa.....

In Frame
Kesibukan Mas Musa Al-Khawarizmi Aryanta Siswanto, diselah-selah belajar puasa

Sabtu, 25 Maret 2023

Tadarus, Darusan, Darus

Tadarus, Darusan, Darus

Ramadhan menjadi momen bagi umat muslim untuk meningkatkan ibadah.

Salah satunya dengan memperbanyak amalan membaca Al-Qur'an. Kegiatan membaca kitab suci menjadi tradisi di sepanjang bulan puasa.

Hampir semua Masjid dan Musala secara serentak melaksanakan darusan di malam dan pagi hari.

Darusan menjadi salah satu pendanda datangnya Ramadhan. Karena, sejak hari pertama puasa, di Masjid maupun Musala kampung secara rutin menggelar kegiatan membaca Al-Qur'an.

Tradisi darusan ini dilakukan secara bergiliran para jamaah usai salat Tarawih.

Darusan berasal dari kata tadarus yang berarti mempelajari dalam bahasa Arab. 

Namun, dalam pelafalan bahasa Jawa, penyebutan kata tersebut disederhanakan menjadi darus.

Umumnya, darusan dilakukan saat malam hari. Pembacanya pun juga berasal dari jamaah masjid dan warga di sekitar rumah ibadah tersebut. Biasanya, darusan hanya menggunakan satu Al-Qur'an. 

Sehingga, saat seseorang sedang mendapat giliran membaca, jamaah yang lain mengantre sambil menyimak bacaannya.

Meski tak ada pembagian juz secara terstruktur, namun pergantian pembaca pada saat darusan berjalan tertib. 

Meskipun demikian durasi pelaksanaannya, darusan akan diakhiri sewaktu-waktu jika sudah dianggap telah mencapai target. 

Karena biasanya terdapat target beberapa kali khatam Al-Qur'an selama bulan Ramadhan. 

Darusan juga memiliki sisi keunikan tersendiri. Di beberapa Masjid atau Musala tertentu, terdapat pembagian pembaca Al-Qur'an berdasarkan tingkat kelancaran membaca kitab suci.

Biasanya, murid dari Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPQ) di desa tersebut yang berkesempatan mendapat giliran pertama.

Sebab, selain sebagai bentuk meningkatkan amalan di bulan Ramadhan, darusan juga menjadi sarana bagi pembaca pemula untuk memperlancar bacaannya. 

Karena pembaca yang masih dalam tahap belajar akan disimak bacaan oleh pendarus yang lain.

Di samping itu, pembaca yang dinilai fasih membaca kitab suci dengan tajwid yang lebih baik akan mendapat giliran berikutnya.

Sedangkan pendarus yang memiliki ketepatan dan kecepatan membaca Al-Qur'an biasanya menjadai pemungkas untuk menutup darusan.

Orang yang terakhir darusan akan memberi tanda batas terakhir bacaan Al-Qur'an untuk dilanjutkann di malam berikutnya.

#Semoga Bermanfaat & Menambah Berkah.....
#Salam Membangun Peradaban, Dengan Keadaban.....
#Salam Perubahan, Menuju Kemajuan, Dengan Tujuan.....
#Salam Satu Jiwa, Buktikan Kita Pasti Bisa.....

In Frame 
Mas Rayhan Al-Biruni Aryanta Siswanto, Ikut Darusan

Rabu, 22 Maret 2023

Berdzikir Dengan Tasbih

Berdzikir Dengan Tasbih

Berdzikir adalah salah satu cara seorang hamba untuk mengingat segala kebaikan-Nya. 

Ketika berdzikir hendaknya selalu dalam keadaan suka sebagaimana kita mengingat seseorang yang dicintai dan memujinya, begitulah ketika bertasbih menyebut nama-Nya.

Selain itu, juga ada ketentuan dimana Allah SWT menyukai hambaNya yang bertasbih dengan jumlah yang ganjil yakni dengan kelipatannya.

Maka pada zaman Nabi, Rasulullah memulai serangkaian dzikir dengan ruas jari tangan kanannya.

Kemudian, lambat laun umatnya menemukan cara baru untuk menggunakan media kerikil dan biji-bijian untuk dijadikan tasbih.

Ini berawal saat Rasulullah menemui seorang wanita dan di sekitar wanita itu terdapat banyak kerikil dan biji-bijian lantas Beliau memberitahu keutamaan keduanya untuk dipakai untuk berbagai macam dzikir melantangkan asma Allah.

Hal tersebut diriwayatkan dalam hadits Abu Daud, At Tirmidzi, An Nasa’i, Ibnu Hibban, dan Al Hakim, “Bahwa dia (Sa’ad) bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam masuk menemui seorang wanita, dan dihadapan wnaita itu terdapat biji-bijian atau kerikil. Lalu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Maukah kau aku beritahu dengan yang lebih mudah bagimu dari ini atau lebih utama? (Lalu nabi menyebutkan macam-macam dzikir yang tertulis)”

Banyak yang memiliki pendapat akan pemakaian ronce dari kerikil atau biji-bijian ini untuk tasbih.

#Semoga Bermanfaat & Menambah Berkah.....
#Salam Membangun Peradaban Dengan Keadaban.....
#Salam Perubahan, Menuju Kemajuan, Dengan Tujuan.....
#Salam Satu Jiwa, Buktikan Kita Pasti Bisa.....

In Frame
Adik Tsabita Shifwa Aryanta Siswanto Belajar Megang Tasbih

Senin, 20 Maret 2023

Penggerak Perubahan Pendidikan

Penggerak Perubahan Pendidikan

Penggerak perubahan pendidikan merupakan aktor yang bisa menginisiasi, mencoba, mengembangkan dan mewujudkan perubahan yang khas bagi pendidikan.

Penggerak perubahan pendidikan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Merdeka Belajar.
Pemimpin merdeka belajar memiliki pengetahuan tentang manfaat merdeka belajar dan memperagakan merdeka belajar dalam konteks kepemimpinan dan pembelajaran.

Merdeka belajar berarti mengatur belajarnya sendiri. Merdeka belajar merupakan ide dan praktik baru yang akan disebarkan sebagai perubahan.


2. Bekerjasama dalam komunitas.
Peran penggerak perubahan adalah sebagai penghubung antara ide dan praktik merdeka belajar dengan komunitas pendidik.

Penggerak perubahan mempunyai kecenderungan berinteraksi dalam komunitas sehingga semakin sering terlibat dalam komunitas maka pemimpin merdeka belajar semakin mungkin  menemukan pengikut pertama.

3. Inovatif Menggerakkan Perubahan. Menghubungkan antara ide dan praktik merdeka belajar dengan komunitas pendidik bukanlah hal mudah. 

Hal ini membutuhkan kemampuan melakukan penyesuaian dan jika perlu melakukan inovasi.
Penggerak perubahan siap menginiasi perubahan yang ada di lingkungan internal dan eksternal sekolah serta melakukan perubahan itu secara berkelanjutan.

Hal ini memerlukan perubahan pada diri sendiri untuk mengembangkan kemampuannya sehingga selalu menyesuaikan diri ketika berinteraksi dengan komunitas dan berinovasi memunculkan ide dan praktik baru dalam melakukan perubahan.

#Semoga Bermanfaat & Menambah Berkah.....
#Salam Membangun Peradaban, Dengan Keadaban.....
#Salam Perubahan, Menuju Kemajuan, Dengan Tujuan.....
#Salam Satu Jiwa, Buktikan Kita Pasti Bisa.....

In Frame
Sejenak Bersama Aktor Penggerak Perubahan Pendidikan

Tradisi Megengan

Tradisi Megengan 

Megengan adalah tradisi masyarakat Jawa yang pada umumnya terdapat di Jawa timur, Jawa Tengah, Yogyakarta, dalam menyambut bulan Puasa.

Megengan diambil dari bahasa Jawa yang artinya menahan atau ngempet. 

Megengan merupakan suatu peringatan bahwa dalam waktu dekat akan memasuki bulan Ramadhan, bulan di mana umat Islam diwajibkan berpuasa, dan menahan diri untuk tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat menggugurkan pahala  ibadah puasa tersebut.

Masyarakat biasanya berbondong-bondong untuk berziarah kubur terlebih dahulu, membersihkannya serta menaburi bunga di atasnya dan tidak lupa mendoakannya.

Setelah itu, megengan dimulai pada waktu petang hari dengan dihadiri oleh para tamu undangan. 

Para tamu undangan yang bersila di atas tikar dihadapkan dengan ambengan sebagai sajian untuk acara megengan.

Tuan rumah mengungkapkan hajat atau keinginannya kepada sesepuh lingkungan yang kemudian akan mebacakan doa mengenai hajat-nya. 

Setelah selesai dibacakannya doa, ambengan akan dibagikan kepada para tamu undangan.

Pelaksanaan acara megengan tersebut biasanya dilakukan dari rumah ke rumah.

Selain dilaksanakan di rumah, megengan versi massal juga dapat dilaksanakan di langgar ataupun Masjid. 

Para warga membawa ambengan-nya masing-masing ke Masjid atau Langgar, dan mereka akan melakukan doa bersama yang dipimpin oleh seorang sesepuh lingkungan.

#Semoga Bermanfaat & Menambah Berkah.....
#Salam Perubahan, Menuju Kemajuan, Dengan Tujuan.....
#Salam Satu Jiwa, Buktikan Kita Pasti Bisa.....

In Frame
Menghidupkan Megengan

Sabtu, 18 Maret 2023

Jalan-Jalan Sejenak

Jalan-Jalan Sejenak

Bagi orang dewasa, jalan-jalan lebih sering dianggap sebagai pelepas lelah atau mengurangi stres. 

Sedangkan bagi anak-anak, manfaatnya akan lebih dari sekedar membuat mereka bahagia.

Jalan-jalan yang dimaksud bukan hanya berpergian ke mall, menikmati wahana permainan, atau pergi berenang, tetapi pergi bersama ke suatu daerah. Misalnya,  mengajak anak pergi wisata religi, ke pantai, perkebunan, pegunungan,  hingga wisata budaya dan bukuliner ria.

Ada 4 alasan mengapa anak-anak harus diajak berpergian, sebagaimana berikut:

1. Mudah beradaptasi. Mengajak anak jalan-jalan bisa membuatnya lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan. Anak akan belajar menghargai perbedaan tempat dan orang-orang baru yang ditemuinya. Mereka juga akan berpikiran terbuka sehingga bisa belajar menerima dan menghormati sebuah keputusan, preferensi, dan ide-ide orang lain.

2. Memperkuat ikatan keluarga. Berpergian bersama anak-anak tentu dapat memperkuat ikatan keluarga kita. Anak-anak jadi mengerti sebuah kebersamaan dalam keluarga. Satu sama lain akan saling berbagi pengalaman bersama dan penuh cerita.

3. Anak lebih terbuka. Jaman sekarang, anak-anak kelilingi oleh kemajuan teknologi yang membuat mereka sibuk dengan dunianya sendiri. Ketika diajak berlibur, mereka akan putus hubungan dengan dunia maya dan melihat bagaimana dunia yang lebih nyata. Mereka jadi bisa berinteraksi dengan lingkungan dan lebih terbuka.

4. Memperluas wawasan
Sebuah perjalanan pasti menjadi pengalaman baru dan memperluas wawasan anak. Si kecil menjadi lebih tahu bagaimana keadaan suatu wilayah yang berbeda-beda, makanan baru, musik, bahasa, orang baru, hingga adat istiadat.

#Semoga Bermanfaat & Menambah Berkah.....
#Salam Membangun Peradaban Dengan Keadaban.....
#Salam Perubahan, Menuju Kemajuan, Dengan Tujuan.....
#Salam Satu Jiwa, Buktikan Kita Pasti Bisa.....

In Frame
 Sejenak Jalan-Jalan

Kamis, 16 Maret 2023

Memahami Pantang Menyerah

Memahami Pantang Menyerah 

Pantang menyerah adalah sikap tidak mudah putus asa ketika mendapatkan tantangan.

Seseorang yang memiliki sikap pantang menyerah tidak akan pasrah pada keadaan dan dapat bangkit dari keterpurukan.

Walaupun kehidupan seringkali penuh dinamika dan tidak selalu mudah untuk menghadapinya, seseorang yang pantang menyerah akan meyakini keadaan dapat berubah dan kemampuan diri dapat berkembang.

Meneladani sikap pantang menyerah dari para tokoh di belahan dunia,  ibarat jatuh tujuh kali, bangkit delapan kali.

Artinya kesulitan apapun yang dihadapi, pasti bisa diatasi asal punya keinginan untuk berjuang.

Seorang konsultan sumber daya manusia asal Amerika Serikat bernama Paul G. Stoltz, Ph.D. selama belasan tahun meneliti kunci kesuksesan bagi para top manager di perusahaan terkemuka dunia. 

Hasil penelitian itu menghasilkan sebuah teori bernama “Adversity Quotient”.

Secara spesifik Stoltz mendefenisikan adversity quotient adalah sikap pantang menyerah seseorang saat menghadapi tantangan dalam setiap kondisi.

Ia memiliki daya tahan tinggi dan tahan banting dalam menghadapi kesulitan, hambatan, tidak akan mengulangi kesalahan, dan bertanggungjawab atas apa yang telah dilakukannya.

#Semoga Bermanfaat & Menambah Berkah.....
#Salam Membangun Peradaban Dengan Keadaban.....
#Salam Perubahan, Menuju Kemajuan, Dengan Tujuan.....
#Salam Satu Jiwa, Buktikan Kita Pasti Bisa.....

In Frame
Bersemangat, Menghadapi Tantangan, Menciptakan Peluang


Selasa, 07 Maret 2023

Malam Nisfu Sya'ban (Malam Ke-15 Bulan Sya’ban)

Malam Nisfu Sya'ban (Malam Ke-15 Bulan Sya’ban)

Menjadi suatu kebiasaan dan menjadi amalan sunnah masyarakat Muslim Indonesia, ketika ketemu malam Nisfu Sya’ban membaca Surat Yasin tiga kali secara bersama-sama ba'da Maghrib.

Baik dilakukan di Masjid, Musola maupun bersama keluarga di rumah dengan harapan mendapatkan barokahnya malam Nisfu Sya'ban.

Bermula dengan membaca Surat Yasin pertama dengan niat supaya diberi panjang umur di dalam laku taat kepada Allah. Lalu disambung membaca doa Nisfu Sya’ban. 

Lalu membaca Surat Yasin yang kedua dengan niat supaya mendapatkan kemurahan rezeki yang halal dari Allah. Lalu disaambung dengan membaca doa Nisfu Sya’ban.

Kemudian membaca Surat Yasin yang ketiga dengan niat supaya diberi ketetapan iman oleh Allah dan mati dalam keadaan khusnul khatimah. Dan, diakhiri dengan membaca doa Nisfu Sya’ban ini. 

Adapun doa Nisfu Sya’ban versi berjamaah ini sebagaimana berikut:

  اللّٰهُمَّ يَا ذَا الْمَنِّ وَلَا يُمَنُّ عَلَيْكَ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالإِكْرَامِ يَا ذَا الطَوْلِ وَالإِنْعَامِ لَا إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ ظَهْرَ اللَّاجِيْنَ وَجَارَ المُسْتَجِيْرِيْنَ وَمَأْمَنَ الخَائِفِيْنَ اللّٰهُمَّ إِنْ كُنْتَ كَتَبْتَنَا عِنْدَكَ فِيْ أُمِّ الكِتَابِ أَشْقِيَاءَ أَوْ مَحْرُوْمِيْنَ أَوْ مُقَتَّرِيْنَ عَلَيْنَا فِي الرِزْقِ، فَامْحُ اللّٰهُمَّ فِي أُمِّ الكِتَابِ شَقَاوَتَنَا وَحِرْمَانَنَا وَاقْتِتَارَ رِزْقِنَا، وَاكْتُبْنَا عِنْدَكَ سُعَدَاءَ مَرْزُوْقِيْنَ مُوَفَّقِيْنَ لِلْخَيْرَاتِ فَإِنَّكَ قُلْتَ وَقَوْلُكَ الْحَقُّ فِيْ كِتَابِكَ المُنْزَلِ عَلَى لِسَانِ نَبِيِّكَ المُرْسَلِ: “يَمْحُو اللهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِنْدَهُ أُمُّ الكِتَابِ” وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمـَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ العَــالَمِيْنَ 

Artinya: “Wahai Tuhanku yang maha pemberi, Engkau tidak diberi. Wahai Tuhan pemilik kebesaran dan kemuliaan. Wahai Tuhan pemilik kekayaan dan pemberi nikmat. Tiada Tuhan selain Engkau, kekuatan orang-orang yang meminta pertolongan, lindungan orang-orang yang mencari perlindungan, dan tempat aman orang-orang yang takut. Tuhanku, jika Kau mencatatku di sisi-Mu pada Lauh Mahfuzh sebagai orang celaka, sial, atau orang yang sempit rezeki, maka hapuskanlah di Lauh Mahfuzh kecelakaan, kesialan, dan kesempitan rezekiku. Catatlah aku di sisi-Mu sebagai orang yang mujur, murah rezeki, dan taufiq untuk berbuat kebaikan karena Engkau telah berkata-sementara perkataan-Mu adalah benar-di kitabmu yang diturunkan melalui ucapan Rasul utusan-Mu, ‘Allah menghapus dan menetapkan apa yang Ia kehendaki di sisi-Nya Lauh Mahfuzh.’ Allah bershalawat dan bersalam atas Sayyidina Muhammad, keluarga, dan sahabatnya. Segala puji bagi Allah, Tuhan sekalian alam.”

Doa Nisfu Sya’ban ini disadur dengan mengganti dhamir mufrad menjadi dhamir jamak dari Kitab Maslakul Akhyar karya Sayyid Utsman bin Yahya (Jakarta, Alaidrus: tanpa tahun) halaman 77-80.

#Semoga Bermanfaat & Menambah Berkah.....
#Salam Membangun Peradaban Dengan Keadaban.....
#Salam Perubahan, Menuju Kemajuan, Dengan Tujuan.....
#Salam Satu Jiwa, Buktikan Kita Pasti Bisa.....

In Frame 
Melanjutkan Info

Kamis, 02 Maret 2023

Kolom: Jum'at Berkah

Kolom: Jum'at Berkah

Program Jum’at Berkah merupakan bentuk kepedulian masyarakat sekitar terhadap antar sesama.

Kehadiran program Jumat Berkah ini menjadi pengingat bagi diri kita masing-masing.

Setiap rezeki yang kita dapatkan didalamnya,  ada hak milik orang lain.

Maka kewajiban kita harus berusaha menebar kebaikan dengan berbagi. 

Berbagi tidak hanya dengan uang saja tetapi bisa dengan makanan atau yang lainnya.

Semoga dengan kehadiran kegiatan ini, bisa menjadi manfaat bagi penerima.

Tentunya Program Jumat Berkah ini mendapat banyak respon positif dan disambut antusiasme oleh jama’ah ataupun masyarakat yang melaksanakan kewajiban shalat Jum’at di Masjid.

Semoga kegiatan ini bisa menjadi contoh yang baik bagi masyarakat dan melatih menjadi manusia yang memiliki kepedulian yang tinggi. 

Karena dengan berbagi ataupun bersedekah tidak akan membuat harta habis. Karena Allah akan memberikan pahala yang berlipat ganda.

#Semoga Bermanfaat & Menambah Berkah.....
#Salam Membangun Peradaban Dengan Keadaban.....
#Salam Perubahan, Menuju Kemajuan, Dengan Tujuan.....
#Salam Satu Jiwa, Buktikan Kita Pasti Bisa.....

In Frame
Kebersamaan, Jum'at Berkah