Ilmu, Kemuliaan, dan Nasib
Dalam kitab Ta’limul Muta’allim pada sub-bab fashl: fii mahiyatil ‘ilm wal fiqh wa fadhlih karya Imam Az-Zarnuji, Rasulullah SAW bersabda:
“طلبُ العلمِ فريضةٌ على كلِّ مسلمٍ و مسلمةٍ”
Artinya: “Menuntut ilmu itu wajib hukumnya atas setiap muslim laki-laki dan perempuan.”
Urgensi ilmu perlu dipahami betul, mengingat ilmu tidak hanya sebagai kewajiban semata, tetapi juga sebagai faktor paling fundamental dalam meraih kemuliaan hidup baik di dunia maupun di akhirat.
Kemuliaan yang Allah janjikan bagi setiap hambanya yang mau bersusah payah menggeluti dan menuntut ilmu-Nya, termaktub dalam hadis Rasulullah SAW
“ومن سَلكَ طريقاً يَلتمسُ فيه عِلماً سَهَّلَ اللهُ له به طريقًا إلى الجنّةِ”
Artinya: “Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah SWT akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR Muslim no. 2699).
Namun di zaman ini, masih banyak kita temui orang-orang yang tidak memahami dengan betul spirit dari pada pentingnya “Tholabul Ilmi”.
Tanpa bersusah payah menuntut ilmu tetapi ingin mendapatkan kemuliaan hidup secara instan.
Sebagian mereka begitu mengandalkan nasab (keturunan) dari ayah dan kakek buyutnya.
Anggapannya, kemuliaan orang tua akan terus mengiringinya hingga akhir sehingga tak perlu bersusah payah menuntut substansi ilmu untuk meraih kemuliaan tersebut.
“Untuk apa harus memeras keringat mencari ilmu bila kemuliaan itu sendiri sudah ada dalam genggaman sedari awal?”.
Begitu kiranya yang sering kita dengar dari mereka yang sudah digandrungi kehormatan dan kemuliaan sejak lahir.
Semoga Bermanfaat
In Frame
Jangan Lupa Bahagia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar