Nyadran: Tradisi Muslim Nusantara
Muslim Nusantara memiliki banyak rekam jejak yang patut kita teladani bersama. Diantaranya adalah nyadran, yakni serangkaian upacara yang dilakukan oleh masyarakat Jawa, terutama Jawa Tengah. (Baca: Tradisi Muslim Nusantara)
Dalam rekapan kamus bahasa Indonesia, nyadran berasal dari bahasa Sanskerta yakni sraddha yang artinya keyakinan. (Baca: Kamus Besar Bahasa Indonesia)
Sedangkan dalam bahasa Jawa, nyadran berasal dari kata sadran yang artiya ruwah sya'ban. (Baca: Kamus Besar Bahasa Jawa)
Nyadran adalah suatu rangkaian budaya yang berupa pembersihan makam leluhur, tabur bunga, dan puncaknya berupa kenduri selamatan di makam leluhur. (Baca: Nuswantara Bertasbih)
Nyadran merupakan salah satu tradisi dalam menyambut datangnya bulan Ramadhan. Kegiatan yang biasa dilakukan saat nyadran atau Ru wahan antara lain menyelenggarakan kenduri, dengan pembacaan ayat Al-Quran, zikir, tahlil, dan doa, kemudian ditutup dengan makan bersama.
Melakukan besik, yaitu pembersihan makam leluhur dari kotoran dan rerumputan, melakukan upacara ziarah kubur, dengan berdoa kepada keluarga yang telah meninggal di area makam. (Baca: Antara Tradisi & Dakwah Islam Nusantara)
Pada umumnya, nyadran biasanya dilaksanakan pada setiap hari ke-10 bulan Rajab atau saat datangnya bulan Sya’ban, termasuk menyambut bulan Ramadhan. (Baca: Tradisi Muslim Di Jawa)
Dan, acara nyadran tersebut diakhiri dengan prosesi menggelar kenduri atau makan bersama di sepanjang jalan yang telah digelari tikar dan daun pisang. Tiap keluarga yang mengikuti kenduri harus membawa makanan sendiri. Makanan yang dibawa harus berupa makanan tradisional, seperti ayam ingkung, sambal goreng ati, urap sayur dengan lauk rempah, prekedel, tempe dan tahu bacem, dan lain sebagainya. (Baca: Tradisi Muslim Di Jawa Tengah)
#Semoga Bermanfaat & Menambah Berkah...
#Salam Perubahan, Menuju Kemajuan, Dengan Tujuan...
#Salam Satu Jiwa, Buktikan Kita Pasti Bisa...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar