Sabtu, 19 Februari 2022

Perjalanan Semar & Sunan Kalijaga

Dalam konteks regulasi sejarahnya, Semar sesungguhnya sudah dikenal masyarakat Jawa jauh sebelum Kanjeng Sunan Kalijaga lahir. (Baca: Lakon Pagelaran Seni Pewayangan)

Dalam lembaran referensi yang lain, nama Semar sendiri bisa ditemukan dalam kakawin Siwa Sogata, Sanghyang Nawaruci dan Sudamala (yang juga terdapat dalam relief di Candi Sukuh). (Baca: Karakter Tokoh Seni Pewayangan)

Semar dipahami sebagai prototipe manusia Jawa sejati, sosok paripurna yang telah menemukan jati dirinya. Manusia Jawa sejati adalah ia yang senantiasa sadar diri, tahu diri, “sumeleh ing pamikir” (bersikap rendah hati dalam berpikir) dan “sumarah ing karep” (memasrahkan seluruh keinginan pada kehendak Gusti). (Baca: Simbol Karakter Masyarakat Jawa)
.
Kata “Jawa” sendiri oleh para leluhur dimaknai sebagai keadaan sadar, mengerti, eling, dan waspada. Meskipun seseorang keturunan Jawa, tetapi jika belum sadar diri dan tahu diri, oleh leluhur ia disebut “ora njowo”. Sebaliknya, meskipun seseorang bukan keturunan Jawa, tetapi jika senantiasa sadar diri dan tahu diri, ia disebut “njowo”. (Baca: Sejarah Suku Jawa)

Itu sebabnya, kendati keturunan Arab, para Syekh  atau Wali sangat dimuliakan di tanah Jawa sebab beliau adalah sosok yang telah menemukan jati dirinya. (Baca: Kehidupan Masayarakat Jawa)

Melalui lakon Semar dalam kesenian wayang, Kanjeng Sunan Kalijaga, Sang Guru Agung Tanah Jawa, membabar ajaran tentang manusia Jawa sejati. (Baca: Dakwah Sunan Kalijaga)

Selaras sebagaimana tersebutkan di atas, dalam satu kesempatan Sunan Kalijaga Lewat Lakon Semar ini memberikan tiga nasehat kepada masyarakat secara luas. (Baca: Pergerakan Dakwah Sunan Kalijaga)

Dimana isi nasehatnya ini saling terkait satu sama lain diantaranya,
1. Ojo ngaku pinter yen durung biso nggoleki lupute awake dewe (Jangan mengaku pintar jika belum bisa mencari kesalahan diri sendiri).

2. Ojo ngaku unggul yen ijeh seneng ngasorake wong liyo (Jangan mengaku unggul jika masih senang merendahkan orang lain).

3. Ojo ngaku suci yen durung biso manunggal ing Gusti (Jangan mengaku suci jika masih belum bisa menyatu dalam Gusti).

Melalui tiga nasehat inilah apabila sebagai seorang hamba mampu mengamalkannya secara seksama, maka akan  menemukan kehidupan sejati. (Baca: Wejangan Sunan Kalijaga)


#Semoga Bermanfat & Menambah Berkah...
#Salam Perubahan Menuju Kemajuan Dengan Tujuan...
#Salam Satu Jiwa Buktikan Kita Pasti Bisa...

Tidak ada komentar: