Sabtu, 12 Februari 2022

Menyambut Gembira, Bulan Rajab

Dalam untaian kalimat tersebutkan, Bulan Rajab adalah bulan menanam sebelum datangnya Ramadhan. Tanamlah segala kebaikan yang kita mampu. Rajab adalah bulan pelatihan sebelum datangnya Ramadhan, bulan penuh rahamat dan ampunan selama sebulan penuh. Abu Bakr Al-Balkhi rahimahullah berkata:

شَهْرُ رَجَبٍ شَهْرُ الزَّرْعِ ، وَشَهْرُ شَعْبَانَ شَهْرُ سَقْيِ الزَّرْعِ ، وَشَهْرُ رَمَضَانَ شَهْرُ حِصَادِ الزَّرْعِ


“Bulan Rajab saatnya menanam. Bulan Sya’ban saatnya menyiram tanaman dan bulan Ramadhan saatnya menuai hasil.” (Fatwa Al-Islam Sual wa Jawab no. 92748)


Setelah sebulan penuh menanam, melatih diri, menempa jiwa, membiasakan jasmani dan rohani dalam ibadah dan kebaikan, maka sebulan setelahnya adalah merawat, yaitu dengan masuknya bulan Sya’ban. Ibadah yang dianggap berat tetapi dipaksakan pada bulan Rajab, maka bulan Sya’ban nanti, tinggal membiasakannya. Misalnya, shalat malam atau tahajud. Tidak mengapa dipaksa di awal-awalnya, pada akhirnya nanti akan terbiasa.

Bulan Sya’ban adalah bulan sebelum Ramadhan. Di bulan inilah kita menyiram, menyuburkan, menumbuhkan, dan membesarkan ibadah dan amal saleh yang telah ditanam pada bulan sebelumnya. Kita rawat ibadah dan amal saleh tersebut dari penyakit riya’, sum’ah (ingin didengar), hawa nafsu, dan rasa berat dan malas.

Kita siram dengan keikhlasan, dipupuk dengan istikamah, diperkuat dengan sabar, dan dipelihara karena Allah semata. Jika itu dilakukan selama sebulan penuh pada bulan Sya’ban, maka begitu Ramadhan tiba, semuanya sudah ringan dan semata-mata berharap ridha dari Allah SWT.

Pada Ramadhan nanti kita tinggal panen pahala dari ibadah-ibadah yang telah terbiasa dan dilakukan secara isitikamah. Karena besarnya ganjaran amal ibadah selama sebulan penuh, sayang jika baru mau melatih diri untuk beribadah dan berbuat baik di bulan Ramadhan.

Bulan Ramadhan adalah bulan yang seharusnya diisi dengan ibadah dan amalan imaanan wahtisaban (atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah). Dan itu bisa diraih setelah membiasakan diri sebagaimana yang tekah disinggung di atas. Dari Abu Hurairah, ia berkata:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari no. 38 dan Muslim no. 760).

#Semoga Bermanfaat & Menambah Berkah...

#Salam Perubahan, Menuju Kemajuan, Dengan Tujuan...

#Salam Satu Jiwa, Buktikan Kita Pasti Bisa...


Tidak ada komentar: