Selasa, 31 Mei 2022

ARTI PANCASILA

ARTI PANCASILA

Perlu kita pahami secara seksama bahwa arti dari Pancasila adalah dasar falsafah dan ideologi negara yang diharapkan menjadi pandangan hidup bangsa Indonesia sebagai dasar pemersatu, lambang persatuan dan kesatuan, serta sebagai pertahanan bangsa dan negara Indonesia.

Lima sila dari Pancasila pada hakikatnya adalah suatu nilai. Mulai dari nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan.

Nilai itu selanjutnya menjadi sumber nilai bagi penyelenggaraan kehidupan bernegara Indonesia.

Lebih jelasnya sebagaimana yang tertera dalam setiap bunyi sila sebagai berikut,

Bunyi sila ke-1 Pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Memiliki simbol bintang persegi lima warna kuning di atas perisai berwarna dasar hitam. Sila ke-1 mengandung makna ketuhanan bagi tiap manusia dan cahaya bagi rohani manusia.

Bunyi sila ke-2 Pancasila yaitu Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Simbol sila ke-2 Pancasila yaitu rantai. Rantai tersebut terdiri atas mata rantai persegi yang melambangkan laki-laki dan mata rantai lingkaran yang melambangkan perempuan.Simbol sila kedua Pancasila bermakna bahwa setiap manusia saling membutuhkan dan perlu bersatu untuk menjadi kuat, mengakui, memperlakukan setiap orang dengan adil dan setara sesuai hak dan kewajiban asasi manusia.

Bunyi sila ke-3 Pancasila yaitu Persatuan Indonesia. Simbol sila ke-3 Pancasila yaitu pohon beringin. Simbol Pancasila sila ke-3 ini mencerminkan kesatuan dan persatuan Indonesia yang mengakar kuat di tengah keberagaman Indonesia dan menyatu di bawah naungan Indonesia.

Bunyi sila ke-4 Pancasila adalah Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan. Simbol sila ke-4 Pancasila adalah kepala banteng, hewan yang suka berkumpul. Simbol sila ke-4 mencerminkan pengambilan keputusan yang dilakukan secara musyawarah, kekeluargaan, dan gotong royong. Dalam musyawarah, masyarakat diajak ikut serta dalam kehidupan politik dan pemerintahan sesuai kedudukan masing-masing.

Bunyi sila ke-5 yaitu Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Simbol sila ke-5 Pancasila adalah padi dan kapas. Padi dan kapas mencerminkan kebutuhan dasar manusia, yaitu pangan dan sandang. Tercukupinya sandang dan pangan merupakan syarat utama mencapai kemakmuran, tujuan utama sila ke-5. Simbol Pancasila ke-5 bermakna cita-cita agar rakyat Indonesia berperan aktif sesuai kemampuan dan kedudukan masing-masing demi terwujudnya kesejahteraan umum.

#Semoga Bermanfaat & Menambah Berkah.......
#Salam Perubahan, Menuju Kemajuan, Dengan Tujuan.......
#Salam Satu Jiwa, Buktikan Kita Pasti Bisa.......

In Frame
Turut Serta Menyemerakkan Hari Lahir Pancasila, 1 Juni

Minggu, 29 Mei 2022

Membentuk Jiwa Kepemimpinan

Membentuk Jiwa Kepemimpinan

Ruang regulasi kepemimpinan dalam organisasi adalah sebuah proses dimana seorang pemimpin mempengaruhi dan memberikan contoh terbaik kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi ke depannya.

Menjadi pengetahuan kita bersama, bahwasanya pemimpin yang baik adalah bukan dilihat dari seberapa banyak orang yang menjadi pengikutnya, bukan juga dilihat dari seberapa lama ia memimpin.

Akan tetapi keberadaan Pemimpin yang baik dilihat dari seberapa banyak ia mampu menciptakan sosok pemimpin yang baru dan membawa arah kemajuan suatu organisasi tersebut.

Kehadiran kepemimpinan menjadi salah satu faktor penting bagi keberhasilan sebuah organisasi ke depannya. 

Untuk itu, ada beberapa sikap kepemimpinan dalam organisasi yang perlu diterapkan oleh seorang pemimpin, diantaranya:

(1)Berusaha menjalin kedekatan dengan bawahan. Kepemimpinan dalam organisasi akan menjadi lebih efektif jika seorang pemimpin telah mendapat respon dari bawahan. Hal ini bisa dibangun dengan menjalin kedekatan dengan mereka, sehingga mereka akan percaya dan mau mengikuti arahan pemimpin.

(2)Selalu bisa memberikan semangat atau motivasi. Kepemimpinan dalam organisasi bukanlah melulu soal pangkat dan jabatan, tetapi kepemimpinan adalah bagaimana seorang pemimpin dapat memberikan semangat atau motivasi, bahkan untuk setiap hal kecil dari pekerjaan yang bawahan lakukan.

(3)Selalu bisa memberikan kepercayaan dan tanggung jawab. Kepemimpinan dalam organisasi adalah tentang kepercayaan. Penting bagi pemimpin memberi kepada bawahan suatu kepercayaan dan tanggung jawab yang lebih dalam melakukan tugas mereka. Apabila ada hal yang tidak sejalan, jangan sampai pemimpin langsung menghakimi. Akan tetapi berikanlah feedback agar ke depannya mereka tidak takut salah dalam mengambil sebuah keputusan demi kemajuan organisasi.

Bahasa simpulnya, agar seseorang dapat menjadi pemimpin yang baik, tentunya akan  dibutuhkan pengalaman panjang selama bertahun-tahun dan selalu mengupdate pengetahuan demi kemajuan organisasi ke depannya.


#Semoga Bermanfaat & Menambah Berkah.......
#Salam Perubahan, Menuju Kemajuan Dengan Tujuan.......
#Salam Satu Jiwa, Buktikan Kita Pasti Bisa.......

In Frame
Sejenak Bersama Lintas Generasi Berkemajuan

Keteladanan Memakmurkan Masjid (Di Abad 15 Masehi Silam)

Keteladanan Memakmurkan Masjid 
(Di Abad 15 Masehi Silam)

Keteladanan Wali Songo dalam memakmurkan Masjid bisa kita tiru secara seksama. Beliau-beliau ini adalah para muballigh Islam dan dai penyebar Islam di Indonesia di abad 15 Masehi silam. 

Keberhasilan beliau dalam berdakwah bisa dirasakan sampai saat ini. Penyiaran Islam yang dilakukan Wali Songo sangat erat hubungannya dengan Masjid dan Pesantren.

Penerapan konsep yang dicanangkan oleh Wali Songo pada saat itu antara lain:  

Pertama, Masjid menjadi pusat ibadah. Sebagaimana dicontohkan oleh Sunan Ampel Setibanya di Ampel langkah pertama Raden Rahmat adalah membangun masjid sebagai pusat ibadah dan dakwah. Di mana kemudian hari Masjidnya lebih dikenal dengan sebutan Masjid Rahmat.  

Senada yang dilakukan Sunan Kudus membangun Masjid Kudus pada tahun 956 H/ 1549 M sebagai tempat ibadah dan pusat penyebaran agama. 

Kedua, Masjid dijadikan pusat dakwah dan penyebaran Islam. Sebagaimana dicontohkan oleh Sunan Kalijaga. Beliau mengkonsep pendirian Masjid Demak sebagai pusat penyebaran agama dan penuntasan Islamisasi di seluruh Jawa. Mengingat lembaga pesantren kala itu belum menemukan bentuk yang final, sebagaimana tersebutkan dalam rekam jejak peradaban Islam di Indonesia. 

Ketiga, Masjid dijadikan tempat pengajian. Sebagaimana yang dilakukan Sunan Drajat. Beliau membangun Masjid yang agak jauh dari tempat tinggalnya. Dan, menjadikan Masjid tempat berdakwah menyampaikan ajaran Islam kepada penduduk. Pengajian di masjid adalah salah satu dari 5 (lima) cara dakwah Sunan Drajat. Adapun cara yang kedua, adalah dengan metode pendidikan di pesantren. Ketiga, fatwa atau petuah. Keempat, kesenian tradisional.

Keempat, kesatuan antara Masjid dan Pesantren. Ini merupakan konsep yang khas dari Wali Songo di mana penyebaran Islam melalui Masjid merupakan sesuatu yang ter-include dengan pesantren. Contoh kesatuan masjid dan pesantren adalah apa yang dilakukan oleh Sunan Ampel yang mendirikan Pesantren sekaligus Masjid. Beliau kerap kali mengelilingi pesantren dan masjidnya itu untuk mengetahui keadaan para muridnya yang belajar dan tidur di dalamnya. 

Kelima, Masjid yang memiliki kebudayaan. Konsep ini juga merupakan kekhasan konsep dakwah Wali Songo yang tidak semena-mena atau terkesan frontal dalam berdakwah. Namun menggunakan kebudayaan sebagai strategi dakwah. Sebagaimana Sunan Kudus membangun menara untuk azan dengan desain seperti bangunan Hindu yang saat ini dikenal dengan menara kudus.  

Termasuk Sunan Kudus juga menggunakan beduk untuk mengundang berjamaah sholat.   

Termasuk juga dalam Masjid Demak, masih dapat kita lihat beberapa bagian yang berukir menurut motif kebudayaan Hindu dan zaman Majapahit itu, misalnya, tiang yang bernama Soko Majapahit pada pendopo Masjid itu. Begitu juga keadaannya masih sangat jelas menggambarkan bentuk Kesenian Hindu-Jawa. Dalam pada itu, kita dapati beberapa buah masjid yang di sekelilingnya ada selokan air. Keadaan yang  mengingatkan kita kepada telaga-telaga suci yang biasanya terdapat pada Candi Jawi, Candi bercorak Hindu.

#Semoga Bermanfaat & Menambah Berkah.......
#Salam Perubahan, Menuju Kemajuan, Dengan Tujuan.......
#Salam Satu Jiwa, Buktikan Kita Pasti Bisa.......

In Frame
Kebersamaan Generasi Muda Ploso Dalam Memakmurkan Masjid

Jumat, 27 Mei 2022

Jadilah Yang Terbaik

Jadilah Yang Terbaik 

Ada suatu pesan mutiara hikmah yang pernah tersebutkan "Ketahuilah, jika rumah dihuni oleh seorang istri sholehah, Maka, semua penghuninya akan menjadi baik. Ketika memiliki anak lelaki akan menjadi anak laki-laki yang baik, ketika memiliki anak perempuan akan menjadi anak perempuan yang baik, ketika memiliki pembantu akan menjadi pembantu yang baik dan begitu pula suaminya akan memiliki perangai yang baik.

Timbal baliknya, jika seorang suami mengetahui bahwa istrinya adalah seorang wanita yang sholehah, ia akan malu pada dirinya sendiri apabila tidak menjadi orang yang sholeh, kemudian ia akan terus berusaha menjadi yang terbaik. 

Salafus Sholeh terdahulu, ketika mendidik anak-anaknya mereka agar percaya (tsiqoh) kepada Allah dan mengagungkan perintah-Nya sejak mereka kecil. Mereka berusaha dalam setiap ucapan, tindakan selalu ingat kepada Allah. Memampukan diri menjadi contoh buat anaknya dalam setiap gerak-geriknya.

Bahkan perintah nasehatnya, ketika bertemu seorang ibu yang lagi menyusui anak-anaknya mengingatkannya jangan lupa sambil berdzikir kepada Allah. 

Dan, termasuk perintah nasehatnya ketika memberikan sesuatu kepada anak kita, kita diharuskan mengatakan : "Ini rejeki dari Allah." Sejak kecil semua urusan anak selalu dikaitkan dengan Allah. Agar kelak kenal Allah tidak sebatas tahu akan tetapi kenal dekat. 

Mari kita didik anak-anak kita sejak kecil, sedini mungkin untuk menghasilkan generasi yang unggul, religius, dan punya daya saing di kemudin hari. Sebab ketika telah dewasa ia akan sulit menerima nasehat. 

Catatan terpenting buat kita, mendidik mereka dibutuhkan tahapan demi tahapan dengan varian metode yang berhasil guna. Dan, jangan sampai kita membebani mereka dengan sesuatu yang tidak mampu mereka laksanakan.

Catatan tambahannya, jika perilaku anak-anak kita tidak sesuai dengan tabiat kita. Maka patut sekiranya kita mendo'akannya,

اَللَّهُمَّ بَارِكْ فِيْ أَوْلَادِيْ، وَاحْفَظْهُمْ وَلَا تَضُرَّهُمْ، وَارْزُقْنَا بِرَّهُمْ

Artinya :
"Yaa Allah berkati-lah anak-anakku, dan jagalah mereka, dan jangan Kau celakakan mereka, karuniailah kami ketaatan mereka."

Semoga kita semua memiliki generasi penerus dan pengembang yang benar-benar unggul, religius, serta punya daya saing. Aamiin Yaa Mujibassaailiin...

#Semoga Bermanfaat & Menambah Berkah.......
#Salam Perubahan, Menuju Kemajuan Dengan Tujuan.......
#Salam Satu Jiwa, Buktikan Kita Pasti Bisa.......

In Frame
Ngantar Duo Jagoan Rebutan Beli Ikan Hias 

Rabu, 25 Mei 2022

Keadaban Bermasyarakat

Keadaban Bermasyarakat

Dalam membangun kebersamaan hidup bermasyarakat, kita harus pandai menempatkan diri, berbenah diri, dan menyesuaikan diri dengan tradisi atau kebiasaan yang berlaku di tempat dimana bumi kita pijak disitu langit kita junjung. 

Keberadaan setiap tempat pasti mempunyai kebiasaan tersendiri. Oleh karena itu kita harus mengenal baik tradisi atau kebiasaan di tempat tersebut agar kita tetap bisa bermasyarakat dengan baik.

Rekam keberadaan manusia merupakan makhluk sosial, oleh sebab itu manusia tak dapat hidup sendirian. Manusia akan saling membutuhkan satu sama lain, itulah mengapa manusia harus hidup bermasyarakat.

Menjadi suatu point terpenting, bahwa Kehidupan bersama masyarakat lainnya harus dibangun dengan menggunakan pondasi yang kokoh, agar hubungan manusia antar satu sama lain serta manusia dengan lingkungannya berjalan dengan baik sesuai kodratnya.

Sisi lainnya, tentu saja hal-hal seperti konflik tetap tak bisa terhindarkan. Biasanya konflik akan terjadi baik karena masalah sederhana hingga masalah yang sangat rumit yang membuat kehidupan bermasyarakat tidak nyaman terkendali.

Ada beberapa solusi terkait hal itu, yang bisa kita terapkan dalam kehidupan sosial agar tercipta kondisi yang kondusif, aman dan tentram serta terkendali.

(1)Membiasakan diri saling menyapa dan murah senyum. Memulai sebuah kehidupan bermasyarakat yang aman, nyaman, dan tentram serta terkendali dengan baik. Harus dimulai dari hal-hal yang sederhana. Dua hal sederhana yang dapat dilakukan di antaranya yaitu saling menyapa dan memberikan senyuman kepada orang disekitar kita. Sebab kedua hal tersebut memberikan dampak yang sangat baik dan akan membuat citra kita menjadi lebih baik. Kita akan dikenal sebagai orang yang ramah lingkungan.

(2)Membiasakan diri hidup sederhana. Menjadi suatu rahasia umum di masyarakat. Jika adakalanya seseorang itu memiliki sifat iri, dengki atau kecemburuan sosial satu dengan yang lainnya. Untuk mencegah munculnya sifat tersebut antara yang satu dengan lainnya, maka kita harus membiasakan diri untuk bersikap sederhana. Bisa dimulai dari cara berpakaian, dalam berbicara dan bersikap dan lain sebagainya.

(3)Bermoral atau Beretika. Dengan adanya moral atau etika dapat menyusun sebuah kerangka pikir bahwa jika di dalam diri setiap individu tertanam kuat dorongan untuk berbuat kebaikan, berati moral dapat mengikat relasi kebersamaan di masyarakat. Di dalam satu keterikatan moral, kita bermasyarakat menurut prinsip etika normatif dalam mencapai tujuan dan sukses bersama dalam meraih cita-cita yang luhur.

(4)Integrasi sosial. Integrasi sosial dimaknai sebagai proses penyesuaian di antara unsur-unsur yang saling berbeda dalam kehidupan masyarakat sehingga menghasilkan pola kehidupan masyarakat yang memilki keserasian fungsi.

(5)Integritas.
Dalam hal ini keteguhan sikap dalam mempertahankan prinsip yang menjadi landasan hidup dan melekat pada diri seseorang sebagai nilai-nilai moral. Mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan; kejujuran dan ketulusan.


(6)Menghargai Orang Lain. Menjadi keinginan alami seseorang untuk hidup lebih maju, lebih baik, bahkan lebih unggul dari orang lain. Hal itu baik, namun, seseorang memiliki caranya masing-masing untuk mengejar keinginannya. Catatan simpulnya untuk mencapai itu, tidak perlu menjatuhkan orang lain untuk membuat diri kita maju. Sebagai bentuk penghormatan dan menghargai orang lain dalam hidup bermasyarakat yang memiliki harkat dan martabat.

#Semoga Bermanfaat & Menambah Berkah.......
#Salam Perubahan, Menuju Kemajuan, Dengan Tujuan.......
#Salam Satu Jiwa, Buktikan Kita Pasti Bisa.......

In Frame
Kebersamaan, Musim Bowo'an 

Minggu, 22 Mei 2022

Membentuk Kekuatan Moral

Membentuk Kekuatan Moral

Yang menjadi alasan mendasar bagi manusia dinamai makhluk bermoral adalah karena setiap kali selalu dihadapkan pada suatu pilihan, baik atau buruk. 

Ini yang membedakan dengan malaikat, manusia tidak menjadi baik dan bermoral dengan sendirinya. Tanpa adanya usaha atau ikhtiyar yang nyata

Menurut Ibn Maskawaih (Filosof akhlak), Kualitas moral dan keluhuran budi pekerti (akhlak al-karimah) merupakan produk atau buah dari usaha dan ikhtiar manusia sepanjang hayatnya. Karena itu, setiap orang perlu mengasah, mengasuh, dan mengembangkan potensi serta kekuatan moralitasnya (moral power) secara konsisten.

Sedangkan menurut Al-Ghazali, kekuatan moral adalah kemampuan mengelola dan mengendalikan diri dari kecenderungan-kecenderungan yang bersifat destruktif.

Menurut Al-Ghazali, Jiwa manusia memiliki kesempurnaannya sendiri sehingga ia selalu terbuka dengan perubahan dan perbaikan menuju puncak-puncak kemuliaan dan keluhuran budi pekerti.

Dalam konteks modern, kekuatan moral dipahami sebagai komitmen etis dalam arti keyakinan yang kuat pada kebaikan atau apa yang diyakini sebagai kebaikan, lalu bertindak atas dasar keyakinan itu sehingga seorang bersikap benar dan mulia.

Bertolak dari pandangan ini, maka seorang disebut kuat secara moral manakala ia memiliki kemampuan menyangkut empat hal ini.

Pertama, memiliki komitmen yang kuat pada kebenaran dan kebaikan. 

Kedua, mampu mengidentifikasi apa yang baik dan apa yang buruk. 

Ketiga, mampu melakukan yang baik dan meninggalkan yang buruk. 

Keempat, mampu memengaruhi orang lain agar berbuat baik dan mencegahnya dari keburukan.

Seperti diamanatkan Allah SWT, ''Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.'' (QS Ali Imran [3]: 110)


#Semoga Bermanfaat & Menambah Berkah.....
#Salam Perubahan, Menuju Kemajuan, Dengan Tujuan.....
#Salam Satu Jiwa, Buktikan Kita Pasti Bisa.....

In Frame
Silaturrahim Sejenak, Sebelum Beranjak

Jumat, 20 Mei 2022

Moderasi Beragama (Bukan Moderasi Agama)

Moderasi Beragama (Bukan Moderasi Agama)

Realitas kehidupan masyarakat Indonesia sangatlah multikultural. Oleh sebab itu dibutuhkan pemahaman agama yang moderat. 

Kehadiran prinsip moderasi beragama adalah sikap atau cara pandang perilaku beragama yang moderat, toleran, menghargai perbedaan, dan selalu mengejawantahkan kemaslahatan bersama.

pengejawantahan kemaslahatan bersama yang dimaksud adalah menghadirkan manfaat dan mencegah kemudaratan. 

Tanggungjawab kita bersama harus bisa menghargai esensi atau substansi ajaran agama itu sendiri, di antaranya menghargai kemanusiaan. 

Semisal kita berbeda agama, suku, bahasa, dan budaya, tapi kita sesama manusia harus saling menghormati, apalagi Islam mengajarkan untuk menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

Keberadaan agama harus mampu diterjemahkan dalam kehidupan bersama, baik sesama maupun berbeda agama. 

Point terpenting yang harus kita ketahui bersama, moderasi beragama adalah cara beragama yang direfleksikan oleh semua pihak, bukan hanya umat Islam saja, tapi juga umat beragama lain.

Tentunya kita sebagai warga bangsa Indonesia, kita harus mampu menerjemahkan agama sebagai basis yang merefleksikan kesejukan, perdamaian, dan menghindari konflik, itulah yang dimaksud dengan moderasi beragama.

Termasuk moderasi beragama juga perlu kita gaungkan dalam konteks global di mana agama menjadi bagian penting dalam perwujudan peradaban dunia yang bermartabat.

Negara Indonesia tercinta ini merupakan megadiversity country, yaitu negara yang memiliki tingkat keragaman yang sangat luar biasa.

Sehingga kita termasuk negara yang paling membutuhkan instrumen untuk dapat mengelola keberagaman itu.

Instrumen yang paling power full di antaranya adalah moderasi beragama.

Ciri khas moderasi beragama dalam merawat keberagaman adalah menghargai semua perbedaan, serta sikap adil dan saling menghormati satu sama lain.

Moderasi beragama bisa menjadi wasilah untuk menjaga dan memperkuat kerukunan bangsa Indonesia.

Sebagai catatan bersama kita, moderasi beragama bukanlah Pendangkalan Akidah.

Dalam hal ini moderasi beragama memiliki empat indikator yaitu komitmen kebangsaan, toleransi, anti-kekerasan, dan akomodatif terhadap kebudayaan lokal. 

Salah satu dari empat indikator tersebut adalah toleransi yang harus diterjemahkan dengan jelas.

Toleran dalam arti menghargai perbedaan tanpa mencampuradukkan akidah. Semisal, saya umat Islam, saya meyakini agama saya yang paling benar, itu akidah. Kemudian saudara saya yang beragama non-Muslim, tentu mereka juga punya keyakinan yang sama tentang agamanya.

Dalam menyikapi perbedaan itu, umat beragama diharuskan untuk saling menghargai satu sama lain.

#Semoga Bermanfaat & Menambah Berkah.....
#Salam Perubahan, Menuju Kemajuan, Dengan Tujuan.....
#Salam Satu Jiwa, Buktikan Kita Pasti Bisa.....

In Frame
Sejenak Berbagi Interdisiplin Keilmuan Menuju Moderasi Beragama

Rabu, 18 Mei 2022

Memahami: Zakat, Shodaqoh, Infaq, dan Amal Jariyah

Memahami: Zakat, Shodaqoh, Infaq, dan Amal Jariyah

Ada suatu mutiara hikmah menyebutkan, "Memahami secara seksama terhadap suatu perkara dengan baik dan menyampaikannya kepada masyarakat secara luas adalah memelihara kebaikan secara permanen."

Menindaklanjuti sebagaimana tersebutkan dalam tema tersebut, dari berbagai referensi kajian fiqih Islam suatu pemberian yang berkaitan dengan harta diantaranya ada yang bersifat wajib dan sunnah.

Untuk pemberian harta yang bersifat wajib yakni zakat. Zakat merupakan suatu pemberian yang harus dikeluarkan, dimana ketentuannya sudah ditentukan dengan segala aturan-aturan yang sudah ditetapkan.

Atau menurut istilahnya adalah harta tertentu yang wajib dikeluarkan oleh orang yang beragama Islam dan diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya. Zakat dari segi bahasa berarti bersih, suci, subur, berkat, dan berkembang.

Dalam zakat sendiri juga ada dua jenisnya yakni zakat fitrah dan zakat mal (harta). Zakat fitrah merupakan zakat yang dibayarkan oleh umat muslim diakhir bulan Ramadan atau hari sebelum Hari Raya Idul Fitri.

Dan zakat fitrah ini juga harus ditunaikan setiap tahun bagi mereka yang telah mampu dan memiliki penghasilan yang cukup dan dilakukan pada waktu yang telah ditentukan.

Sementara untuk zakat mal merupakan zakat yang harus dilakukan oleh umat muslim berdasarkan harta yang diperolehnya dari kegiatan berusaha atau pekerjaan dengan jumlah besaran tertentu.

Harta yang dimaksudkan seperti rumah, kendaraan, hasil pertanian, hasil ternak, uang emas, perak, dan lain sebagainya. Dan harta yang dizakatkan adalah harta yang dimiliki secara penuh dan bukan merupakan hasil simpan pinjam.

Jadi, ada aturan-aturan yang terkait dengan zakat itu. Kapan zakat itu dikeluarkan, berapa yang harus dikeluarkan, jenis harta yang dikeluarkan itu apa saja, pada siapa harus diberikan, itu ada aturannya, itu zakat ya, kewajiban.   

Sedangkan, untuk infaq atau shodaqoh tidak terikat dengan aturan karena bisa diberikan kapan saja, jumlahnya berapa saja, bentuk yang akan diberikan apa saja, dan diberikan kepada saja juga bebas.

Tidak ada batas waktunya, tidak ada batas jumlahnya (nisab), haulnya juga tidak ada, lalu orang yang diberi (mustahik) juga lebih bebas.

Kemudian, untuk amal jariyah berarti perbuatan baik yang mendatangkan pahala bagi yang melakukannya, meskipun ia telah berada di alam akhirat. Pahala dari amal perbuatan tersebut terus mengalir kepadanya selama orang yang hidup mengikuti atau memanfaatkan hasil amal perbuatannya ketika di dunia.

Kalau amal jariyah itu barangnya tetap dan bisa dimanfaatkan secara terus menerus. Seperti membangun Masjid, Masjidnya kan tetap fisiknya tetapi dipakai ibadah terus. Jadi, ibadah itu manfaatnya, yang amalnya mengalir terus yang sifat bendanya permanen.

Jika amal yang sekali kita berikan manfaatnya cepat habis, maka disebut dengan shodaqoh atau infaq bukan jariyah. Seperti saat kita memberikan makan seseorang, karena makanan tersebut sifatnya mudah habis.

Infaq, sodaqoh atau amal jariyah ini merupakan ibadah sunnah dalam Islam. Dimana, pemberiannya diperbolehkan diberikan kepada orang non muslim. 

Tetapi, jika zakat harus dengan sesama orang muslim tidak diperbolehkan dibagikan kepada orang non muslim. 

Terlihatnya sepele, akan tetapi penting kita pahami secara seksama dan penting kita sampaikan kepada masyarakat secara luas demi kemaslakhatan bersama.

#Semoga Bermanfaat & Menambah Berkah.....
#Salam Perubahan, Menuju Kemajuan, Dengan Tujuan.....
#Salam Satu Jiwa, Buktikan Kita Pasti Bisa.....

In Frame
Relasi Kebersamaan Menikmati Hidangan Dengan Elemen Masyarakat.

Selasa, 17 Mei 2022

Segitiga Emas Pendidikan Bermasa Depan.

Segitiga Emas Pendidikan Bermasa Depan.

Tiga unsur penting pendidikan masa depan bagaikan segitiga emas satu sama lain saling terkait keberadaannya. 

Unsur pertama, adalah pendidikan yang berbasis akhlak terpuji atau berbudi pekerti yang luhur. Mulai dari mengajari peserta didik dari hal yang mendasar seperti nilai kesopanan, tata krama, relasi bersikap jujur d.s.t.

Untuk membentuk pribadi yang cinta kepada orang tua, hormat kepada guru, kepada orang yang lebih tua, teman sebaya, melindungi yang lebih kecil, membudayakan selalu izin atau mengucapkan permisi apabila mau melakukan sesuatu, berkata jujur sekalipun melakukan tindak kesalahan, dan berlomba-lomba melakukan perilaku baik lainnya. 

Unsur kedua, adalah pendidikan yang berwawasan global. Sebab dalam masa globalisasi seperti sekarang, batas-batas wilayah negara tidak berlaku di dunia virtual. Bisa memanfaatkan teknologi dengan baik dan penuh tanggungjawab. 
 
Point terpenting yang harus kita ingat, setiap pribadi tidak hanya menjadi warga negara, tetapi juga menjadi masyarakat dunia. Maka sudah saatnya bagi peserta didik untuk ikut ambil bagian membagun kreatifitas dengan sebaik-baiknya atau berkontribusi yang positif agar diketaui oleh masyarakat dunia rekam jejaknya. Bahkan untuk mengharumkan negaranya.

Unsur ketiga, adalah spesifikasi pendidikan yang jelas menuju profesionalisme. Untuk bisa berkreasi dengan baik, seseorang harus memiliki kemampuan sesuai dengan bidang yang digelutinya.

Melalui jalur pendidikan, akan memperoleh bimbingan yang terarah sesuai dengan kualifikasi yang diambil. Proses demikian, pasti membutuhkan kerja yang profesional.

Tiga unsur tersebut memberikan motivasi kepada peserta didik agar semangat menuntut ilmu dan pengetahuan demi kemaslakhatan bersama.


#Semoga Bermanfaat & Menambah Berkah.....
#Salam Perubahan, Menuju Kemajuan, Dengan Tujuan.....
#Salam Satu Jiwa, Buktikan Kita Pasti Bisa.....


In Frame
Sejenak Bersama Generasi Masa Depan Berdaya Saing.

Senin, 16 Mei 2022

Bermasyarakat: Berakhlak Tasawuf

Bermasyarakat: Berakhlak Tasawuf

Pentingnya memiliki kebenaran iman, ilmu yang bermanfaat dan membawa misi perdamaian, relasi kebaikan dalam beramal,  keluhuran berakhlak baik dalam konten hablum minallah, hablum minannas, wa hahablum minal alam.

Hal tersebut adalah matrikulasi untuk menjadi seorang sufi sejati atau hamba yang berakhlak tasawuf.

Dalam satu kesempatan, As Syaikh Yusuf Al Ardabiliy rahimahullah pernah berkata:

ولو قال: الله يلهمني ما أحتاج إليه من أمر الدين فلا أحتاج إلى العلم والعلماء فمبتدع كذاب يلعب به الشيطان

"Apabila seseorang berkata: Allah memberikan ilham kepadaku, aku tidak butuh ilmu agama, aku tidak butuh pada ilmu dan ulama, maka dia adalah seorang ahli bid'ah dan pendusta yang dipermainkan oleh syetan"

Tasawuf adalah pengamalan terhadap ilmu agama, baik secara dzohir maupun batin.

Amalan tasawuf dibangun di atas ilmu, bukan di atas kebodohan.

Mampu beradaptasi atau berbaur di berbagai medan masyarakat, baik di lingkungan organisasi atau varian bidang kemasyarakatan terkait.

Salah satu karakter seorang sufi yang hakiki adalah mencintai ilmu, mencintai majlis ilmu dan mencintai ahli ilmu (ulama). Termasuk mampu menciptakan kehidupan bermasyarakat yang membawa misi perdamaian.

Kita harus waspada terhadap seseorang yang mengaku-ngaku sufi, tetapi menyepelekan ilmu agama dan ulama. Imbasnya membawa kerusakan (memecah belah) masyarakat. 

Akibat dari masalah sepele mulai dari perbedaan pendapat, hasil keputusan musyawarah yang kurang memuaskan menjadikan jurang pemisah satu sama lain.

#Semoga Bermanfaat & Menambah Berkah.....
#Salam Perubahan, Menuju Kemajuan, Dengan Tujuan.....
#Salam Satu Jiwa, Buktikan Kita Pasti Bisa.....


In Frame
Sejenak Bersama Abah H. Hadi Sukamto (Wakil Ketua MWCNU Krembung), Menunggu Hangatnya Kopi.

Minggu, 15 Mei 2022

Sowan Kepada Kyai (Dalam Studi Menghidupkan Tradisi Untuk Meraih Prestasi)

Sowan Kepada Kyai
(Dalam Studi Menghidupkan Tradisi Untuk Meraih Prestasi)

Sowan adalah tradisi santri berkunjung kepada kyai dengan harapan mendapatkan petunjuk atas sebuah permasalahan yang diajukannya, atau mengharapkan do’a dari kyai atau sekedar bertatap muka silaturrahim saja. 

Seperti yang dianjurkan oleh Rasulullah saw bahwa bersilaturahim dapat menjadikan umur dan rezeki bertambah panjang. Sowan dapat dilakukan oleh santri secara individu atau bersama-sama. Biasanya seorang kyai akan menerima para tamu dengan lapang dada.

Sowan tidak hanya dilakukan oleh santri yang masih belajar di pesantren. Banyak santri yang telah hidup bermasyarakat dan berkeluarga mengunjungi kyainya hanya sekedar ingin bersalaman semata. Atau sengaja datang membawa permasalahan yang hendak ditanyakan kepada kyai tentang berbagai masalah yang dihadapinya.

Hal ini menjadikan bahwa hubungan kyai santri tidak pernah mengenal kata putus. Kyai tetap menjadi guru dan santri tetap menjadi murid. Dalam dunia pesantren istilah alumni hanya menunjuk pada batasan waktu formal belaka, dimana seorang santri pernah belajar di sebuah pesantren tertentu. Tidak termasuk di dalamnya hubungan guru-murid.

Di beberapa daerah tradisi sowan memiliki momentumnya ketika idul fitri tiba. Biasanya, seorang kyai sengaja mempersiapkan diri menerima banyak tamu yang sowan kepadanya. Mereka yang sowan tidaklah sebatas para santri yang pernah berguru kepadanya, namun juga masyarakat, tetangga dan bahkan para pejabat tidak pernah berguru langsung kepadanya. Mereka datang dengan harapan mendapatkan berkah dari kealiman seorang kyai. Karena barang siapa  bergaul dengan penjual minyak wangi, pasti akan tertular semerbaknya bau wangi.

Pada bulan syawal seperti ini, sowan kepada kyai merupakan sesuatu yang utama bagi kalangan santri. Hampir sama pentingnya dengan mudik untuk berjumpa keuarga dan kedua orang tua. Pantas saja, karena kyai bagi santri adalah guru sekaligus berlaku sebagai orang tua. Oleh karena itu sering kali mereka yang kembali pulang dari perantauan menjadikan sowan kepada kyai sebagai alasan penting mudik di hari lebaran. Bagi santri yang telah jauh berkelana mengarungi kehidupan, kembali ke pesantren dan mencium tangan kyai merupakan ‘isi ulang energi’ recharger untuk menghadapi perjalanan hidup ke depan. Seolah setelah mencium tangan kyai dan bermuwajjahah dengannya semua permasalahan di depan pasti akan teratasi. Semua itu berlaku berkat do’a orang tua dan kyai.

Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Imam Nawawi sebagaimana dinukil oleh Ibn Hajar al-Asqolani dalam kitab Fathul Bari:

قالَ الاِمَامْ النَّوَاوِيْ : تقبِيْلُ يَدِ الرَّجُلِ ِلزُهْدِهِ وَصَلاَحِهِ وَعِلْمِهِ اَوْ شرَفِهِ اَوْ نَحْوِ ذالِكَ مِنَ اْلاُمُوْرِ الدِّيْنِيَّةِ لاَ يُكْرَهُ بَل يُسْتَحَبُّ.

Imam Nawawi berkata : mencium tangan seseorang karena zuhudnya, kebaikannya, ilmunya, atau karena kedudukannya dalam agama adalah perbuatan yang tidak dimakruhkan, bahkan hal yang demikian itu disunahkan.

Demikianlah tradisi sowan ini berlangsung hingga sekarang. Para santri meyakini benar bahwa seorang kyai yang alim dan zuhud jauh lebih dekat kepada Allah swt dibandingkan manusia pada umumnya. Karena itulah para santri sangat mengharapkan do’a dari para kyai. Karena do’a itu nilainya lebih dari segudang harta. Inilah yang oleh orang awam banyak diistilahkan dengan tabarrukan, mengharapkan berkah dari do’a kyai yang mustajab karena kezuhudannya, kewira’iannya dan ke’alimanya.

Dengan demikian, optimisme dalam menghadapi kehidupan dengan berbagai macam permasalahannya merupakan nilai posittif yang tersimpan di balik tradisi sowan. Sowan model inilah yang dianjurkan oleh Rasulullah saw.

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ

“Barangsiapa yang ingin dipanjangkan usianya dan dibanyakkan rezekinya, hendaklah ia menyambungkan tali persaudaraan (silaturrahim)” (HR. Bukhari dan Muslim).

Semoga dengan gemarnya kita menghidupkan tradisi sowan kepada para Kyai, semakin bisa menambah shidqul iman, nurul ilmi, sholakhul amal, wa khusnul khuluq kita dalam hidup berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Aamiin Yaa Mujibassaailiin.....


#Semoga Bermanfaat & Menambah Berkah.....
#Salam Perubahan, Menuju Kemajuan, Dengan Tujuan.....
#Salam Satu Jiwa, Buktikan Kita Pasti Bisa.....


In Frame 
Sejenak Bersama Dr. KH. Sholeh Qosim, M.si, KH. Abdul Aziz Munif, KH. Zainal Abidin, M.Pd.I, Teman-teman LTMNU PCNU Sidoarjo

Senin, 09 Mei 2022

Ruang Relasi Kebaikan

Ruang Relasi Kebaikan

Membangun rekam jejak bersama para pelaku kebaikan, orang-orang sholeh yang dihimpun dari banyak sumber terpercaya agar dapat dipetik secara seksama oleh para penasihat, khatib, guru, pendidik, orang tua, dan pembaca pada umumnya. Ini adalah suatu langkah cerdas membangun peradaban dengan keadaban.

Mulai dari rangkaian topiknya yang beragam dan dirangkai secara tematik.

Kita diminta untuk merasakan getaran kebaikan, ketulusan, dan keindahan karakter mereka dan tergerak untuk meneladaninya secara seksama. 

Suatu petikan nasehat dari Imam al-Ghazali, Sang Hujjatul Islam "Bila sulit atau tak memungkinkan bagimu melihat dan memandang para kekasih Allah, menemui dan berkhidmat pada mereka maka tiada yang lebih bermanfaat bagi kalbu dan jiwa selain menyimak kesucian-hati mereka, merenungi kisah-kisah dan kebiasaan-kebiasaan mereka …. Alangkah agungnya kerajaan mereka itu …. Alangkah ruginya orang yang tak mengikuti mereka.” 

Abû Hanîfah, Imam Mazhab Hanafi pernah memberikan untain hikmah “Aku lebih mencintai hikayat tentang para kekasih Allah dan keindahan akhlak mereka daripada membicarakan banyak masalah fiqih. Karena mereka itu layaknya ‘sosok-sosok pendidik’ bagi masyarakat.” 

Muhammad Yûnus pernah menyatakan “Aku belum pernah melihat sesuatu yang lebih berguna bagi kalbu melebihi mengenang orang-orang saleh.” 

Melantunkan rekam jejak pelaku kebaikan, kisah orang-orang saleh, mengukir nama mereka di hati, menyebut, mengenang mereka akan menjadi penyebab turunnya rahmat dan ridho-Nya. Aamiin Yaa Mujibassaailiin...


#Semoga Bermanfaat & Menambah Berkah.....
#Salam Perubahan, Menuju Kemajuan, Dengan Tujuan.....
#Salam Satu Jiwa, Buktikan Kita Pasti Bisa.....

In Frame
Sejenak Bersama Bpk. KH. M. Suyanto, KH. Syamsul Bahri, Kyai Thohir. Menjemput Rahmat-Nya, Syawal 1443 H

Minggu, 08 Mei 2022

Relasi Makna Halal Bihalal

Relasi Makna Halal Bihalal

Halal bihalal menjadi suatu tradisi yang patut kita lestarikan bersama. Halal bihalal selalu melekat di hati masyarakat Indonesia usai perayaan Hari Raya Idul Fitri berakhir. 

Tradisi ini pada umumnya berupa acara pertemuan yang digelar untuk bersilaturahim dengan saling bermaaf-maafan. 

Sebagai tradisi yang melekat di hati masyarakat Indonesia, maka penting untuk mengetahui seperti apa relasi makna halal bihalal yang sesungguhnya.

Selain itu perlu kita ketahui sejarah halal bihalal hingga menjadi tradisi yang selalu dilakukan oleh masyarakat Indonesia.

Berikut ini sebagian nilai makna serta sejarah singkat halal bihalal yang perlu diketahui umat muslim  Indonesia,

Dalam rekam jejak sejarahnya halal bihalal pertama kali dicetuskan oleh KH. Wahab Chasbullah pada tahun 1946. Dimana pada masa itu, Indonesia diketahui sedang mengalami masalah disintegrasi bangsa.

Dalam kondisi tersebut, Bung Karno kemudian memanggil KH. Wahab Chasbullah untuk memberikan saran dan pendapat guna mengatasi situasi politik tersebut.

Pada saat itulah, KH.Wahab Abdullah memberikan saran pelaksanaan kegiatan halal bihalal. Kegiatan ini dilakukan untuk tujuan membumikan dan menumbuhkan konsep ajaran Ahlussunah wal Jamaah. 

Dengan adanya kegiatan ini diharapkan masyarakat Indonesia dapat mempererat tali persaudaraan, kemanusiaan, dan kebangsaan ke depannya.

Perlu kita ketahui bersama dalam Ukhuwah NU, ketiga hal ini disebut juga dengan Islamiyah, basyariyah, dan wathaniyah, yang biasanya dilakukan pada momen bulan Syawal untuk saling bermaaf-maafan. 

Halal bihalal ini dilaksanakan pada awal-awal kemerdekaan, tradisi halal bihalal ini lantas bertahan hingga saat ini. 

Kegiatan silaturahim ini bahkan dilakukan oleh masyarakat setiap perayaan Idul Fitri hingga kini baik dalam lingkup keluarga besar, lingkungan kerja, hingga kerabat dan teman dekat.

#Semoga Bermanfaat & Menambah Berkah.....
#Salam Perubahan, Menuju Kemajuan, Dengan Tujuan.....
#Salam Satu Jiwa, Buktikan Kita Pasti Bisa.....

In Frame Sejenak Bersama Dulur Remas & IPNU Ploso Dalam Rangka Menjemput rahmat & ridho-Nya. Syawal 1443 H

Sabtu, 07 Mei 2022

Kewajiban, Meninggalkan Puasa

Kewajiban, Meninggalkan Puasa

Dalam mutiara hikmah tersebutkan "Selalu berusaha untuk menyempurnakan ibadah adalah kewajiban dan ketentuan menjadi seorang hamba. Terus menambah pengetahuan untuk menghilangkan kebodohan adalah bagian dari memahami makna jihad dengan sesungguhnya."

Merujuk dari tema tersebut, Sebagaimana tersebutkan dalam Mazhab Syafi’i. Bagi kita yang meninggalkan puasa di bulan Ramadhan harus mengganti puasa wajib tersebut di luar bulan Ramadhan. Kita yang mengqadha puasa Ramadhan juga wajib memasang niat puasa qadha di malam harinya.

Sebagaimana juga tersebutkan dalam referensi kitab Hasyiyatul Iqna’-nya oleh Syekh Sulaiman Al-Bujairimi, memberikan suatu keterangan.

ويشترط لفرض الصوم من رمضان أو غيره كقضاء أو نذر التبييت وهو إيقاع النية ليلا لقوله صلى الله عليه وسلم: من لم يبيت النية قبل الفجر فلا صيام له. ولا بد من التبييت لكل يوم لظاهر الخبر.

Artinya, “Disyaratkan memasang niat di malam hari bagi puasa wajib seperti puasa Ramadhan, puasa qadha, atau puasa nadzar. Syarat ini berdasar pada hadits Rasulullah SAW, ‘Siapa yang tidak memalamkan niat sebelum fajar, maka tiada puasa baginya.’ Karenanya, tidak ada jalan lain kecuali berniat puasa setiap hari berdasar pada redaksi zahir hadits,” (Lihat Syekh Sulaiman Al-Bujairimi, Hasyiyatul Iqna’, [Darul Fikr, Beirut: 2007 M/1428 H], juz II).

Adapun berikut ini adalah lafal niat qadha puasa Ramadhan:

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ قَضَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ لِلهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma ghadin ‘an qadhā’I fardhi syahri Ramadhāna lillâhi ta‘âlâ.

Artinya, “Aku berniat untuk mengqadha puasa Bulan Ramadhan esok hari karena Allah SWT.”

Dengan bertambahnya pengetahuan kita tentang hal tersebut. Semoga semakin memperjelas shidqul iman, nurul ilmi, sholakhul amal wa khusnul khuluk kita.

#Semoga Bermanfaat & Menambah Berkah......
#Salam Perubahan, Menuju Kemajuan, Dengan Tujuan......
#Salam Satu Jiwa, Buktikan Kita Pasti Bisa......

In Frame
Sejenak Bersama Sesepuh, Menjemput Rahmat-Nya, Di Bulan Syawal 1443 H

Jumat, 06 Mei 2022

Komunikasi Empatik

Komunikasi Empatik

Kondisi masyarakat adalah labolatorium kehidupan nyata. Kita bisa mencari atau menambah pengalaman hidup di dalamnya dengan berinteraksi secara seksama. (Baca: Masyarakat & Labolatorium Semesta)

Namun terkadang kita menemukan beberapa kendala untuk bisa berinteraksi antar sesama manusia dengan baik. Ini adalah suatu hal yang biasa terjadi. (Baca: Interaksi Sosial)

Tidak jarang ada seseorang mengerahkan sekian banyak tenaga hanya untuk menguraikan persoalan sepele, sebetulnya. Dia menyisihkan sekian banyak materi dan waktu untuk menjelaskan maksud baik yang disalah pahami. (Baca: Menjalin Komunikasi)

Tidak menyapa pada saat bertemu, tidak tersenyum saat teman bergembira, 
tidak berkomentar saat teman berpakaian baru, dan sebagainya, yang boleh jadi dinilai sepele oleh satu pihak akan dapat mengakibatkan rentannya hubungan di kemudian hari. (Baca: Etika & Estetika Berkomunikasi)

Memang, hubungan antar manusia sering diliputi oleh kabut, yang sering kali memicu lahirnya perselisihan dan aneka problem. (Baca: Kesalahan Berkomunikasi)

Dengan berinteraksi dan berkomunikasi, maka dapat membentuk rasa saling mengerti, menumbuhkan persahabatan, 
memelihara kasih sayang, tolong-menolong, menyebarkan pengetahuan, dan melestarikan peradaban berkemajuan. (Baca: Komunikasi & Keajaibannya)

Namun, tidak jarang komunikasi juga dapat menyuburkan perpecahan, menghidupkan permusuhan, menanamkan kebencian, merintangi kemajuan, dan menghambat 
pemikiran. (Baca: Sisi lain Komunikasi)

Tidak jarang, konflik sesama manusia terjadi akibat komunikasi yang kurang empatik. Kualitas hidup dan hubungan sesama manusia dapat ditingkatkan dengan memahami dan memperbaiki komunikasi yang dilakukan.
(Baca: Ruas Komunikasi Empatik)

Tidak sedikit orang menganggap bahwa komunikasi itu mudah dilakukan, laksana semudah bernapas. Barulah pada 
saat seseorang memasuki pengalaman bahwa proses komunikasi yang biasa ia lakukan rusak, tidak sesuai harapan atau macet, maka ia akan 
menyadari bahwa komunikasi itu ternyata tidak mudah. (Baca: Membangun Relasi Komunikasi)

Kemampuan manusia dalam berkomunikasi secara empatik, kelihatannya mulai sirna dari individu-individu dalam masyarakat kontemporer saat ini. (Baca: Masyarakat Kontemporer & rusaknya jaringan Komunikasi) 

Seiring berkembangnya tuntutan zaman, kemampuan komunikasi empatik makin dibutuhkan untuk memperbaiki berbagai 
kegagalan komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi, komunikasi sosial ataupun komunikasi antar budaya, yang tak jarang dalam kehidupan sehari-hari telah menyulut kesalahpahaman, sikap saling menghakimi, saling menyalahkan, bahkan memicu terjadinya konflik. (Baca: Membaca Tantangan & Menciptakan Peluang Zaman) 

Tabiat manusia sering mengabaikan hal-hal yang kelihatannya kecil seperti cara berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. (Baca: Sisi lain Manusia)

Kini, ancaman terhadap kemampuan dalam berkomunikasi secara empatik datang dari berbagai penjuru. (Baca: Tuntutan Komunikasi Empatik)

#Semoga Bermanfaat & Menambah Berkah.....
#Salam Perubahan, Menuju Kemajuan, Dengan Tujuan.....
#Salam Satu Jiwa, Buktikan Kita Pasti Bisa.....

In Frame
Perjalanan Membangun Komunikasi Empatik

Kamis, 05 Mei 2022

Rekam Jejak: Makna Hari Raya Idul Fitri

Rekam Jejak: Makna Hari Raya Idul Fitri

Bila dinyatakan hilal telah nampak sesuai ketentuan, maka lebaran akan dilaksanakan. Demikian pula sebaliknya kalau ternyata gagal, maka Ramadhan disempurnakan hingga 30 hari.

Dan, kepastiannya kapan 1 Syawal 1443 H sebagai pertanda hari raya Idul Fitri tentu menunggu sidang isbat yang digelar pemerintah.

Setelah Ramadhan pergi, umat Islam akan menutupnya dengan melaksanakan shalat hari raya Idul Fitri. Mereka berbondong-bondong menyemarakkan salah satu anjuran Islam yang satu ini dengan melakukan shalat sunnah berjamaah, pakaian serba baru, dan hal-hal lain yang juga demikian.

Ada mutiara hikmah "Laysal idu limal labisal jadidi aw alatuhu jadidun walakinnal idu liman to'atuhu tazid" bukanlah yang dinamakan idul fitri itu yang pakaiannya baru, perabotan rumah tangganya baru akan tetapi yang dinamakan idul fitri itu semakain bertambahnya taat kepada Allah Swt.

Semoga kehadiran Idul Fitri ini, menambah kesempurnaan shidqul iman, nurul ilmi, sholakhul amal wa khusnul khuluk kita. Aamiin Yaa Mujibassaailiin....


#Semoga Bermnfaat & Menambah Berkah....
#Salam Perubahan, Menuju Kemajuan, Dengan Tujuan.....
#Salam Satu Jiwa, Buktikan Kita Pasti Bisa.....


In Frame 
Sejenak Bersama Bpk. KH. Satuhan & Jajaran Pengurus Masjid Jami' Darussalam Kedung Rawan, Krembung, Sidoarjo. 1 Syawal 1443 H

Senin, 02 Mei 2022

Rekam Jejak: Malam Selikuran

Rekam Jejak: Malam Selikuran

Menjadi Tradisi  Nusantara di kemudian harinya, dengan memasuki 10 hari terakhir di bulan Ramadan menjadi saat yang ditunggu-tunggu kehadirannya. 

Dimana fase yang terakhir ini dalam rangakaian ibadah tahunan Umat Islam, menjadi saat-saat yang spesial. 

Memang Islam mengajarkan, ketika memasuki malam hitungan ganjil di 10 hari terakhir tersebut diyakini sebagai turunnya malam lailatul qadar yang sering disebut malam seribu  bulan.

Bagi masyarakat Muslim Nusantara pada umumnya, ajaran ini kemudian beradaptasi dengan budaya lokal. 

Rekam jejak literasi menyebutkan, di Jawa pada umumnya malam ini kemudian disebut malem selikuran (malam ke-21)

Di Jawa Barat disebut poe lilikuran. 

Di Keraton Solo, tradisi ini diperingati dengan mengarak tumpeng. 

Pada umunya masyarakat di jawa memperingati malam selikuran ini dengan berbagai ragam tradisi. 

Termasuk ada juga yang memperingati malam selikuran ini dengan safari Ramadhan. Diiisi rangkaian program kegiatan seperti istiqosah, gemah sholawat, pengajian umum d.s.t keliling dari masjid ke masjid.

#Semoga Bermanfaat & Menambah Berkah....
#Salam Perubahan, Menuju Kemajuan, Dengan Tujuan....
#Salam Satu Jiwa, Buktikan Kita Pasti Bisa....

In Frame
Rekam Jejak: Malam 29 Ramadhan (30 April 2022), Penutupan Safari Ramadhan Di Masjid Baitul Hamdi Gading, Krembung, Sidoarjo Bersama Bpk. KH. Zainal Abidin, M.Pd.I (Ketua PCNU Sidoarjo) & Bpk. KH. M. Suyanto, S.Pd.I (Ketua MWCNU Krembung) d.k.k