Minggu, 29 Mei 2022

Keteladanan Memakmurkan Masjid (Di Abad 15 Masehi Silam)

Keteladanan Memakmurkan Masjid 
(Di Abad 15 Masehi Silam)

Keteladanan Wali Songo dalam memakmurkan Masjid bisa kita tiru secara seksama. Beliau-beliau ini adalah para muballigh Islam dan dai penyebar Islam di Indonesia di abad 15 Masehi silam. 

Keberhasilan beliau dalam berdakwah bisa dirasakan sampai saat ini. Penyiaran Islam yang dilakukan Wali Songo sangat erat hubungannya dengan Masjid dan Pesantren.

Penerapan konsep yang dicanangkan oleh Wali Songo pada saat itu antara lain:  

Pertama, Masjid menjadi pusat ibadah. Sebagaimana dicontohkan oleh Sunan Ampel Setibanya di Ampel langkah pertama Raden Rahmat adalah membangun masjid sebagai pusat ibadah dan dakwah. Di mana kemudian hari Masjidnya lebih dikenal dengan sebutan Masjid Rahmat.  

Senada yang dilakukan Sunan Kudus membangun Masjid Kudus pada tahun 956 H/ 1549 M sebagai tempat ibadah dan pusat penyebaran agama. 

Kedua, Masjid dijadikan pusat dakwah dan penyebaran Islam. Sebagaimana dicontohkan oleh Sunan Kalijaga. Beliau mengkonsep pendirian Masjid Demak sebagai pusat penyebaran agama dan penuntasan Islamisasi di seluruh Jawa. Mengingat lembaga pesantren kala itu belum menemukan bentuk yang final, sebagaimana tersebutkan dalam rekam jejak peradaban Islam di Indonesia. 

Ketiga, Masjid dijadikan tempat pengajian. Sebagaimana yang dilakukan Sunan Drajat. Beliau membangun Masjid yang agak jauh dari tempat tinggalnya. Dan, menjadikan Masjid tempat berdakwah menyampaikan ajaran Islam kepada penduduk. Pengajian di masjid adalah salah satu dari 5 (lima) cara dakwah Sunan Drajat. Adapun cara yang kedua, adalah dengan metode pendidikan di pesantren. Ketiga, fatwa atau petuah. Keempat, kesenian tradisional.

Keempat, kesatuan antara Masjid dan Pesantren. Ini merupakan konsep yang khas dari Wali Songo di mana penyebaran Islam melalui Masjid merupakan sesuatu yang ter-include dengan pesantren. Contoh kesatuan masjid dan pesantren adalah apa yang dilakukan oleh Sunan Ampel yang mendirikan Pesantren sekaligus Masjid. Beliau kerap kali mengelilingi pesantren dan masjidnya itu untuk mengetahui keadaan para muridnya yang belajar dan tidur di dalamnya. 

Kelima, Masjid yang memiliki kebudayaan. Konsep ini juga merupakan kekhasan konsep dakwah Wali Songo yang tidak semena-mena atau terkesan frontal dalam berdakwah. Namun menggunakan kebudayaan sebagai strategi dakwah. Sebagaimana Sunan Kudus membangun menara untuk azan dengan desain seperti bangunan Hindu yang saat ini dikenal dengan menara kudus.  

Termasuk Sunan Kudus juga menggunakan beduk untuk mengundang berjamaah sholat.   

Termasuk juga dalam Masjid Demak, masih dapat kita lihat beberapa bagian yang berukir menurut motif kebudayaan Hindu dan zaman Majapahit itu, misalnya, tiang yang bernama Soko Majapahit pada pendopo Masjid itu. Begitu juga keadaannya masih sangat jelas menggambarkan bentuk Kesenian Hindu-Jawa. Dalam pada itu, kita dapati beberapa buah masjid yang di sekelilingnya ada selokan air. Keadaan yang  mengingatkan kita kepada telaga-telaga suci yang biasanya terdapat pada Candi Jawi, Candi bercorak Hindu.

#Semoga Bermanfaat & Menambah Berkah.......
#Salam Perubahan, Menuju Kemajuan, Dengan Tujuan.......
#Salam Satu Jiwa, Buktikan Kita Pasti Bisa.......

In Frame
Kebersamaan Generasi Muda Ploso Dalam Memakmurkan Masjid

Tidak ada komentar: