Pengantar Kuliah Subuh (KULSUB)
Kuliah Subuh (KULSUB) di bulan suci Ramadhan di setiap Masjid pada umumnya menjadi agenda rutinan ketika memasuki bulan tersebut. (Baca: Indahnya Ramadahan Di Kampung Halaman)
Pada umumnya para Kyai, Ustadz, Pemateri yang bertugas untuk mengawali ngisi kuliah Subuh, tidak segan-segan menyampaikan isi kandungan surat al-Baqarah ayat 183 “Ya ayyuhalladziina aamanuu kutiba ‘alaikumus shiyaamu kamaa kutiba ‘alal ladziina min qablikum la’allakum tattaquun”.
(Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian puasa sebagaimana diwajibkan kepada orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertaqwa). (Baca: Tafsir Jalalain, Tafsir Al-Misbah, Tafsir Al-Ibriz)
Pada dasarnya puasa merupakan rukun Islam, setiap ramadhan kita melaksanakan Ibadah ini dengan senang hati. Demikian juga dengan umat sebelumnya, diwajibkan berpuasa. Kemudian timbul pertanyaan dalam hati kita, bagaimana puasa umat-umat terdahulu? (Baca: Ibadah Puasa Umat Terdahulu)
Sejarah peradaban Islam telah menyebutkan bahwasanya Nabi Nuh AS, umurnya 950 tahun, melaksanakan puasa selama hidupnya kecuali hari raya Idul Fitri dan Qur’ban. (Baca: Sejarah Peradaban Islam Masa Nabi & Rasul)
Kemudian setelah kita tela’ah kembali kata “min qoblikum” itu bagaimana? Di dalam agama Yahudi, puasa diwajibkan selama 40 hari. Mulanya adalah 30 hari, lalu kemudian menjadi 40 hari. (Baca: Puasa Para Penganut Agama Di Dunia)
Lain halnya dengan orang-orang kristen yang lebih bersifat spiritualistik. Akibat terlalu spiritualistiknya orang-orang kristen mengharamkan apa yang dihalalkan oleh Allah SWT. Mereka di wajibkan puasa selama 50 hari. (Baca: Rekam Jejak Sejarah Agama Di Belahan Dunia)
Sedangkan di dalam Islam diwajibkan selama 30 hari.
Kita semua puasa, masing-masing mempunyai ni’at dan yang tahu hanya Allah.
Supaya kita tidak termasuk dalam golongan orang-orang yang hanya mendapatkan haus dan lapar maka hendaknya melaksanakan puasa dengan penuh keimanan. (Baca: Hikmah & Manfaat Ramadhan)
Perlu kita ketahui bersama, Kelebihan bulan puasa diantaranya adalah turunnya al-Qur’an. Menurut penelitian, kitab-kitab suci seperti suhuf Ibrohim, taurot, Injil, Zabur dan al-Qur’an turun pada bulan Ramadhan hanya tanggalnya saja yang berbeda. (Baca: Rekam Jejak Agama Di Belahan Dunia)
Al-Quran adalah furqan, pembeda. Furqan benar-benar membedakan zaman sebelum dan setelah Islam, jadi nyata perbedaanya antara zaman setelah turunnya al-Qur’an.
Pertanyaannya sekarang, bagaimana agar puasa kita berkualitas? sebagaimana puasa para sholihin. yaitu berpuasa ramadhan tahu batas-batasnya dan menjaga puasanya.
Untuk itu perlu kita mengambil pelajaran dari perkataan Imam Ghazali dalam kajian Kitab Ihya Ulumuddin diantaranya: Menjaga Lisan, berbicara yang baik, tidak melakukan pertengkaran, dzikrullah, membaca Al-Qur’an, menjaga Mata, tidak melihat hal-hal yang di haramkan oleh Allah SWT, menghidari ghibah dan namimah, menjaga pendengaran dari hal-hal yang tidak bermanfaat, menjaga anggota badan dari susatu yang tidak sesuai dengan syari’at Islam dan tidak berlebihan di dalam berbuka puasa. (Baca: Ihya Ulumuddin)
#Semoga Bermanfaat & Menambah Berkah....
#Salam Perubahan, Menuju Kemajuan, Dengan Tujuan....
#Salam Satu Jiwa, Buktikan Kita Bisa....
1 komentar:
Kadang kita orang awam puasa hanya menggugurkan kewajiban saja sebagai umat islam
Posting Komentar