Dalam lakon seni pewayangan tokoh Semar digambarkan memiliki postur tubuh yang terkesan beda dengan yang lain. Bahkan khalayak pecinta seni ini sempat ada yang bilang postur tubuhnya lucu, unik & menggemaskan (Baca: Pecinta Seni Pewayangan).
Dalam setiap cerita pagelaran seni pewayangan, tokoh Semar yang memiliki postur tubuh LUIM (Lucu, Unik, Menggemaskan) ini justru mendapatkan posisi & tempat terhormat dalam laku perjalanan kehidupannya. Diantaranya tokoh yang satu ini pernah menjadi pembina atau pengasuh para ksatriya sejati, termasuk juga penasihat para ksatriya dalam berbagai persoalan & gejolak di tengah masyarakat.
Tokoh ini terkenal memiliki karakteristik khas diantaranya jujur dalam bertindak, terbuka dalam segala hal, sederhana dalam bersikap, tulus tanpa memandang bulu, berbuat sesuatu tanpa berharap pamrih (Baca: Karakter Pemimpin Berkemajuan).
Memiliki kelebihan titipan pengetahuan yang sangat luas, cerdik dalam menyikapi berbagai persoalan & memiliki mata batin yang sangat tajam dalam melihat & mengurai masa depan (Baca: Tujuh Sikap Ilmiah).
Bahkan dalam seni pagelaran pewayangan tokoh Semar ini sering diiklankan oleh para Pendalang memiliki hati yang 'nyegara' (seluas samudera) serta kewaskitaan dan kapramanan-nya sedalam samudra. Timbal baliknya dalam bahasa seleksi alamnya, hanya ksatriya sejatilah yang akan menjadi binaan atau asuhan Semar (Baca: Mengenal Lebih Dekat Tokoh Pewayangan).
Keunikan Semar dalam setiap kali memberikan pelajaran kehidupan (nasihat) kepada Ksatriya yang menjadi binaannya memiliki corak & ciri khas tersendiri, seringkali ditampilkan dalam filosofi kehidupan yang bersifat umum & bisa berlaku hingga kapanpun serta bisa berguna bagi kehidupan masyarakat pada umumnya juga. Contoh pelajaran kehidupan yang sering disampaikan oleh Semar "urip iku urup" yang memiliki arti & tafsirnya dalam kehidupan sehari-hari "hidup itu harus menyala, hidup itu harus bisa memberikan nilai manfaat kepada yang lain atau yang ada di sekitar kita bukan malah sebaliknya."
Semakin besar nilai manfaat yang kita berikan kepada masyarakat tentu akan semakin baik pula bagi kita maupun kepada masyarakat pada umumnya. Termasuk masih dalam konteksnya ini, sekecil apapun manfaat yang kita berikan kepada masyarakat jangan sampai kita menjadi orang yang meresahkan & menyengsarakan masyarakat di sekitar kita (Baca: Teori Kajian Real Action Not Talk Only).
Pelajaran kehidupan yang diberikan Semar ini memberikan catatan tersendiri kepada kita, Manfaat yang kita berikan ibarat api yang menyala (dimana api ini bukan berarti bara yang membakar dan memusnahkan apa saja) tetapi api memiliki makna sebagai cahaya yang selalu menyala dan menyinari setiap langkah masyarakat ke jalan yang benar & mendapat ridho-Nya (Baca: Membangun Peradaban Dengan Keadaban).
Jangan sampai kehadiran kita di tengah masyarakat selalu membuat resah, mengganggu ketenangan & ketentraman karena hal itu tidak sesuai kodrat kita sebagai makhluk mulia (Baca: Ilmu Pendidikan Islam).
Andai kita berbuat sesuatu yang keliru itu adalah lupa, tetapi kalau kekeliruan itu berulang berarti sudah menjadi wataknya. Apabila kehadiran kita mempunyai arti untuk orang lain, orang-orang disekitar kita. Semakin besar manfaat yang kita bisa berikan pada orang lain maka hidup akan semakin baik. Dan begitu sebaliknya apabila kehadiran kita tidak membawa nilai manfaat bagi masyarakat maka keberadaan kita sebetulnya seperti mayat hidup (Baca: Ta'limul Muta'allim).
#Semoga Bermanfaat & Menambah Berkah ...
#Salam Perubahan, Menuju Kemajuan,
Dengan Tujuan ...
#Salam Satu Jiwa, Buktikan Kita Pasti Bisa ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar