Rabu, 19 Januari 2022

Varian Model Dakwah

Dalam model  penerapannya di masyarakat kita selama ini, pada umumnya ada tiga varian model dakwah minimalnya.

Pertama, dakwah bil-lisan atau lebih familiar di masyarakat dikenal dengan dakwah oral seperti khutbah dan ceramah secara monolog pada umumnya. Audience tinggal mendengarkan isi dari ceramah tersebut secara seksama. (Baca: Memahami strategi dakwah)

Kemudian kedua, dakwah bil-hal atau dakwah dengan cara mengaktualisasikan diri (melakukan tindakan nyata). Misal pada umumnya memberikan santunan atau berbuat lebih terhadap sesama dengan tujuan membuat menjadi bahagia mulai dari membuat orang yang lapar sebab hidup di bawah garis kemiskinan menjadi kenyang karena dapat bantuan langsung, membuat orang menangis karena kekurangan menjadi tertawa bahagia karena dapat uluran bantuan, dan yang masih bodoh menjadi berilmu pengetahuan dan punya pengalaman. (Baca: Varian strategi dakwah)

Ketiga, dakwah bil-kitabah atau lebih dikenal dengan sebutan dakwah literasi. Yakni, dakwah yang menjadikan bahan bacaan atau tulisan sebagai sumber medianya secara langsung. Dakwahnya ini bersifat mengajak masyarakat untuk mengenal, membaca sumber bahan bacaan, memahami isi karya tulis ilmiah untuk membuka cakrawala pemikiran, memahami fenomemena alam atau kondisi masyarakat di sekeliling. (Baca: Dakwah selangkah lebih maju)

Dalam konteksnya ini termasuk memahami isinya Al-Qur’an, Al-Sunnah, karya ilmiah para Ulama salaf maupun  Kontemporer, termasuk dengan menulis berbagai varian artikel terkait memberikan solusi umat melalui media sosial sebagai interpretasinya. (Baca: Karya Ulama kontemporer)

Jadi benang merahnya dari dakwah literasi ini adalah sebagai bentuk mengajak masyarakat untuk membaca dan memahami kerangka dasar Islam dari sumber bacaan yang otoritatif dan terjaga validitasnya. (Baca: Regulasi dakwah di era digitalisasi)

Harapan besar dari dakwah literasi ini adalah mempu membuka ruang dan relasi baru untuk memberikan pemahaman terhadap umat Islam dalam memahami Islam seutuhnya. Dengan demikian, budaya mendengar perlahan jadi bergeser kepada budaya membaca. Ini termasuk salah-satu bagian strategi dakwah di era saat ini yang patut diperdayakan. (Baca: Dakwah & pemberdayaan masyarakat)

Catatan penting bagi kita, dakwah literasi ini adalah bentuk tekat dan kesungguhan kita untuk membaca kemudian menulis (dijadikan sebuah karya) apa saja terkait dakwah untuk disuguhkan kepada masyarakat pada umumnya. Kalau selama ini masyarakat mendengar seorang Ustad, Kyai atau Ulama berceramah, maka dalam hal ini masyarakat membaca karya tulis seorang Ustad, Kyai atau Ulama tersebut. (Baca: Ulama kontemporer & pemikiran modern dalam Islam) 

Dalam dakwah literasi ini diharapkan adanya ruang transformasi, terciptanya progres, prospect dan impact dalam metode dakwah. Dimana selama ini pada umumnya masih terfokus, terkotak atau berkutat pada dakwah bil-lisan termasuk bil-hal.

Diharapkan dakwah juga dapat bergeser dari ruang dakwah monolog, dakwah dialog termasuk juga dakwah terbukukan dalam bentuk tulisan (kitab, buku, jurnal, artikel, buletin d.s.t dengan berbagai varian bentuk mengikuti perkembangan zamannya).

Catatan garis besarnya, baik dakwah bil-lisan, dakwah bil-hal, dakwah bil kitabah atau literasi harus tetap memegang teguh prinsip dasar dakwah Islam dan menjunjung tinggi nilai-nilai budaya yang ada di masyarakat Nusantara pada umumnya. Yakni harus berisikan penuh hikmah, penuh nasihat, berdiskusi dengan cara yang baik. Menghindarkan diri dari berbagai sikap intoleransi atau premanisme terselubung yang merugikan dan merusak karakter generasi muda pada umumnya. (Baca: Dakwah Muslim Nusantara)


#Semoga Bermanfaat & Menambah Berkah ...
#Salam Perubahan, Menuju Kemajuan, Dengan Tujuan
#Salam Satu Jiwa, Buktikan Kita Pasti Bisa ...

2 komentar:

Unknown mengatakan...

Sangat Bermanfaat

Dr. Heru Siswanto, M.Pd.I mengatakan...

Semoga Menambah Berkah