Dari berbagai sumber referensi kajian Pendidikan Agama Islam Berbasis Studi Interdisipliner (PAI-BSI) terkait definisi sufi, sebetulnya tak ada definisi yang bersifat mengikat tentang istilah tersebut. (Baca PAI & Sufisme)
Secara umum dari sumber referensi yang sering dipakai para penikmat kajian tasawuf, perlu kiranya kita mengambil contoh definisi dari salah satu maha guru tasawuf ternama dan cukup mewarnai sufisme di zamannya yaitu Maulana Rumi. Beliau memiliki definisi, Sufi adalah seseorang yang hatinya bersama Tuhan sedangkan tubuhnya sibuk melayani ciptaan Ilahi. (Baca Mistisisme Dalam Islam)
Lebih detailnya definisi menurut Maulana Rumi ini, selain memiliki pesan makna lebih indah, juga menekankan aspek kemanusiaan. Sehingga dalam perjalanannya Sufi ini membawa misi menjaga keseimbangan dalam hidup & kehidupan mendatang. (Baca Sufi & Sejarahnya)
Sederhananya dalam hal ini, selain dekat dengan Tuhan, juga tak pernah melupakan tugas kemanusiaannya. Saling menghargai, memahami, menyayangi, tolong-menolong antar sesama d.s.t
Sebagai penguat, pengokoh dan penyemangat jiwa menuju hal tersebut. Maulana Rumi pernah memberikan untaian sajak "catatan sufi, bukan kecerdasan kata, tapi hati yang jernih, bagai salju. Ilmuan lahir dari perjuangan pena, Sufi lahir dari perjuangan melangkah." (Baca Sajak-Sajak Sufi)
Namun perlu kita perhatikan secara seksama dalam konteksnya di lapangan, tak mudah berada di dalam dua kondisi kesadaran secara bersamaan ini, bersama Tuhan sekaligus bersama makhluk. Butuh waktu penyelarasan untuk belajar, bekerja, berjuang sekeras tenaga. (Baca Perjalanan Sufi Sejati)
Mengistiqomahkan pada lajur hati selalu bersama dengan Tuhan, sedangkan tubuh sibuk melayani makhluk. Termasuk dalam hal ini juga, hati sibuk berzikir dan pada saat yang bersamaan lidah sibuk berucap sesuatu. Ini sungguh berat rasanya untuk menjalaninya. Namun dengan penataan niat sejak dini, adanya ilmu yang memadai, semangat juang yang membara rintangan-rintangan tersebut tak ada artinya bagi kita. (Baca Iman, Ilmu, Amal & Akhlak)
Ini perlu adanya latihan khusus secara terus menerus dalam keheningan dan kesunyian diri sehingga keramaian tak lagi mempengaruhi jiwanya. Untuk melakukan hal yang menyimpang dari niat awal menjadi seorang Sufi yang sejati.
Tujuan akhirnya, agar apa yang tersembunyi di dalam batin menjelma di seluruh aktivitas gerak-gerik kita. Baik dalam konteks hablumminallah, hablum minannas, hablum minal alam. Inilah hakikat manusia Tauhid. Dimana keberadaannya selalu didambakan, baik penduduk bumi umumnya maupun penduduk langit wafil khususnya. (Baca Para Hamba Pencari Tuhan)
Rangkaian dari lantunan zikir yang terus menerus berkumandang di dalam hatinya, tidak terlalaikan oleh gemerlap keindahan yang ada di luar sana. Justru sebaliknya, zikir yang tersembunyi di dalam batin diri, memberi dampak positif terhadap orang lain. Menjadikan orang yang dekat, bertemu, komunikasi langsung dengan dirinya merasa adanya sensasi yang susah diucapkan dengan bahasa lisan. (Baca Kedekatan Tuhan & Hambanya)
Pembawaan pada umumnya, orang-orang yang ada di sekitarnya merasakan ketenangan, kedamaian, dan kesejukan saat berada di dekatnya. Timbal baliknya bisa jadi keberadaannya di kemudian hari selalu dicari orang-orang untuk berharap mendapatkan berkah darinya.
#Semoga Bermanfaat & Menambah Berkah ...
#Salam Perubahan, Menuju Kemajuan, Dengan Tujuan ...
#Salam Satu Jiwa, Buktikan Kita Pasti Bisa ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar