Sabtu, 22 Januari 2022

Tuhan & Sebutannya

Dalam ruang dan regulasi peradaban sejarah keberadaan suatu masyarakat di suatu bangsa, banyak masyarakat menyebut Tuhan dengan berbagai varian sebutan. Tentu saja ini bukan berarti  menganggap Tuhan itu tidak tunggal atau ada lebih dari satu dan seterusnya. (Baca: Sejarah peradaban & Islam)

Sebagaimana keyakinan atau keimanan yang tertanam dalam sanubari kita sejak lahir, termasuk dalam ruas ilmu tauhidnya Tuhan itu hanya ada satu (Tuhan itu Esa). (Baca: Pembelajaran Aqidah & Ilmu Tauhid)

Apapun varian sebutannya Tuhan itu tetap satu. Perlu kita ketahui bersama, beda bangsa maka beda pula bahasa yang dipakai sehari-hari. Termasuk pula dalam hal ini menyebut Tuhan yang jadikan tempat menyembah dan meminta pertolongan mengarungi kehidupan. (Baca: Baca Meraih Taufik) 

Dalam konteks pembelajaran dan penanaman keyakinan atau keimanan, bahwa Nabi yang diturunkan Allah itu ada 124 ribu nabi, dan 313 Rasul. Setiap bangsa itu ada Nabinya yang memperkenalkan dan mengajarkan ke Esa an Tuhan. (Baca: Pembelajaran Aqidah)

Oleh sebab itu, karena kontennya seperti ini sehingga setiap bangsa akan punya bahasa yang berbeda. Dan, penyebutan nama Tuhan juga pasti bakal berbeda pula. Ini adalah suatu hukum alamnya. (Baca: Peradaban & Kehidupan Beragama di Belahan Dunia)

Skala Kongkritnya kita ambil contoh, dalam rekam laku lampahnya sebagai umat Islam pastinya meyakini Allah pernah menurunkan kitab Taurat untuk Bani israil sebagai petunjuk jalan hidupnya. Pertanyaannya, apakah di dalam kitab Taurat tersebut Allah disebut sebagai Allah? jawabannya tentu "tidak." (Baca: Agama-Agama di Dunia)

Perlu kita ketahui bersama, Kitab Taurat berbahasa Ibrani. Dalam kitab ini Allah disebut Yehuwa. Yehuwa itu siapa ya Allah cuman dalam konteksnya ini beda bahasa untuk menyebutnya. Yehuwa adalah bahasa Ibrani, sedangkan Allah adalah bahasa Arab yang berarti Tuhan. (Baca: Sejarah Taurat Sebagai Petunjuk Jalan Hidup)

Merujuk dan selaras dalam konteksnya ini, sama halnya sebutan Tuhan di bumi tercinta Nusantara ini ada yang menyebut dengan sebutan Sang Hyang Widhi, Oum, Gusti ingkang murben dumadi, Gusti ingkang akarya jagat, Gusti Allah d.s.t. (Baca: Sebutan Tuhan di Bumi Nusantara)

Pembelajaran ilmu tauhidnya Tuhan itu Esa, tidak beranak dan diperanakkan, tidak laki-laki dan perempuan, tidak dapat digambarkan, tidak terkurung oleh dimensi ruang dan waktu sebagaimana kebalikan dari makhluknya. (Baca: Pembelajaran Tafsir Surat Al-Ikhlas)

Dalam pembelajaran lembar ilmu ketauhidan, oleh karenanya kenapa Tuhan selalu di tuliskan hanya sebatas dengan nama tulisan atau aksara. Dan, tidak digambarkan dalam wujudnya dengan varian imajinasinya. (Baca: Tokoh Agama, Kitab, Tempat Ibadah)

Ruang geraknya, Sebetulnya saudara-saudara kita di bumi Nusantara atau sekitarnya baik yang beragama Islam, Hindu, Yahudi, Buddha d.s.t. Tuhan tidak digambarkan dalam varian bentuk imajinasinya, melainkan hanya dituliskan namanya saja. Sebagai sumber hidup dan adanya kehidupan di alam semesta ini. (Baca: Ruang Pergerakan Agama di Dunia)

Laa ilaaha illa huwal adziimul khaliim, laa ilaaha illa huwa robbul arsyil adzim, laa ilaaha illa huwa robbusssamawaati wal ardi warobbul arsyil kariim. 

#Semoga Bermanfaat & Menambah Berkah ...
#Salam Perubahan, Menuju Kemajuan, Dengan Tujuan ...
#Salam Satu Jiwa, Buktikan Kita Pasti Bisa ...

Tidak ada komentar: